Dalam keterangannya disebutkan bahwa produk susu termasuk cairan susu hewani, merupakan bagian dari pola makan beragam yang berkontribusi pada kecukupan gizi.
Makanan ini sangat penting bagi anak yang tak diberikan ASI dan saat makanan sumber hewani lain tak tersedia.
Jenis susu hewani yang dapat digunakan antara lain susu hewan yang dipasteurisasi, susu evaporasi (tetapi tidak kental) yang dilarutkan, susu fermentasi, atau yogurt.
Perlu diingat, susu dengan rasa atau pemanis sebaiknya tidak digunakan.
Jika bayi usia 6–11 bulan diberi susu hewani, susu penuh lemak harus digunakan.
Baca juga: 9 Jenis Susu untuk Menurunkan Berat Badan, Apa Saja?
Bayi harus dikenalkan dengan makanan pendamping ASI saat usia 6 bulan (180 hari) sembari terus mendapatkan ASI.
Pemberian MPASI juga akan bermanfaat bagi ibu yang khawatir dengan kecukupan ASI si kecil untuk memberikan dukungan laktasi.
Namun perlu diketahui, makanan pendamping ASI, meskipun sudah ditambahkan zat besi mungkin belum cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi terutama pada bayi yang berisiko mengalami defisiensi zat besi seperti pada bayi lahir prematur dan berat badan lahir rendah.
Oleh sebab itu, selain memberikan makanan pendamping, pemberian ASI sebaiknya tetap dilanjutkan.
WHO menyaranan agar bayi dan anak kecil usia 6-23 bulan sebaiknya mengonsumsi makanan yang beragam, yakni:
Makanan-makanan tersebut dapat menjadi komponen utama asupan energi karena secara keseluruhan kepadatan nutrisinya lebih tinggi dibandingkan dengan biji-bijian sereal.
Pada anak usia tersebut, sebaiknya makanan pokok bertepung harus diminimalkan.
Ketika biji-bijian sereal digunakan, biji-bijian sereal utuh harus diprioritaskan, dan biji-bijian olahan diminimalkan.
Perhatian saat memberi kacang-kacangan dan biji-bijian, berikan dalam bentuk yang tidak menimbulkan risiko tersedak.
Baca juga: Cara Memasak MPASI yang Benar