Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Es Menabrak Penampungan Penguin di Antartika dan Hampir Picu Bencana Ekologis

Kompas.com - 06/10/2023, 10:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah gunung es besar baru-baru ini menabrak tempat penampungan penguin di Antartika.

Tabrakan gunung es ini terjadi dua tahun setelah gunung es tersebut terbentuk dari tabrakan yang sama.

Meski begitu, tabrakan itu tampaknya hanya menyebabkan kerusakan kecil, menurut laporan Live Science Kamis (2/9/2023).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Detik-detik Kapal Titanic Menabrak Gunung Es hingga Karam


Gunung es D-30A dengan panjang 72 Km

Gunung es besar tersebut dinamai D-30A dan memiliki panjang sekitar 45 mil (72 Km) dengan lebar 12,5 mil (20 km).

Ini adalah bagian terbesar yang tersisa dari D-30, yang terbentuk pada Juni 2021 ketika induknya berg D-28 menabrak daratan dekat Lapisan Es Borchgrevink di Antartika timur dan patah menjadi dua.

Sejak saat itu, D-30A perlahan-lahan hanyut ke arah barat di sepanjang pantai Antartika.

Namun pada akhir 2022, D-30A tiba-tiba berubah arah dan menuju Pulau Clarence, yang merupakan pulau paling timur di Kepulauan South Shetland. Pulau ini memiliki luas permukaan sekitar 10 kali lebih kecil dari D-30A.

Menurut Observatorium NASA (6/9/2023), bongkahan es raksasa itu menghantam garis pantai selatan Pulau Clarence sebelum berputar di sebelah timur pulau dan menuju ke laut beberapa hari kemudian.

Pulau Clarence adalah tempat berkembang biak yang penting bagi penguin (Pygoscelis antarcticus). Di tempat tersebut ada sekitar 100.000 pasangan penguin yang mengunjungi pulau ini setiap musim dingin untuk bertelur dan mengerami telur mereka.

Para peneliti khawatir gunung tersebut mungkin berdampak pada populasi penguin tersebut. 

“Waktunya sangat beruntung karena penguin yang berkembang biak di sana belum kembali ke koloninya,” kata ahli ekologi statistik di Stony Brook University di New York, Heather Lynch.

"Jika tabrakan itu terjadi beberapa bulan kemudian, saat penguin berada di pulau tersebut, maka kejadiannya bisa saja cukup serius," tambahnya.

Baca juga: Alasan Antartika Menjadi Benua Besar Tanpa Negara dan Penduduk

Bahaya tabrakan gunung es

Lebih lanjut, Lynch menyampaikan bahwa gunung es yang bertabrakan dengan pulau bisa sangat mengganggu satwa liar, terutama jika gunung es tersebut tersangkut di dasar laut yang mengelilingi daratan terpencil.

Es dapat mencegah hewan laut pergi ke laut untuk mencari makan dan juga dapat mengubah suhu dan salinitas perairan di sekitarnya.

Ketika es tergores di dasar laut, hal ini juga dapat merusak ekosistem dasar laut dan menyebabkan ketidakseimbangan jaring makanan di sekitarnya.

Pada akhir 2020, peringatan muncul ketika gunung es terbesar di dunia pada saat itu, A-68A, bertabrakan dengan Georgia Selatan di Samudra Atlantik Selatan, yang merupakan tempat perlindungan penting bagi penguin dan anjing laut.

Para ahli memperkirakan bahwa ikan tersebut akan tersangkut di dasar laut dan berpotensi bertahan di sana selama beberapa tahun.

Namun, pada menit terakhir, gunung es yang besar tersebut berbelok dan meleset dari pulau itu sepenuhnya sebelum hancur menjadi beberapa bagian.

Dasar laut di sekitar Pulau Clarence mungkin membantu mencegah bencana karena kedalamannya, sehingga kecil kemungkinan D-30A terjebak di sana.

"Kemungkinan besar gunung tersebut tidak 'menempel' karena sisi timur Pulau Clarence memiliki jurang yang cukup curam dengan air yang cukup dalam sehingga memungkinkan gunung berapi untuk melewatinya," kata ahli glasiologi di Universitas Maryland dan NASA Laboratorium Ilmu Kriosfer Christopher Shuman.

Namun, meskipun gunung es tersebut tidak bertahan lama, hal ini dapat menimbulkan masalah besar bagi penguin jika mereka bersarang di pulau tersebut.

Saat mereka mengerami telurnya, penguin yang bersarang bergantung pada pasangannya untuk berburu makanan.

“Saat bersarang, bahkan jika akses ke koloni diblokir selama beberapa hari saja bisa berarti tahun berkembang biak yang gagal,” terang Lynch.

Sebaliknya, pertemuan jarak dekat sebenarnya bisa menjadi hal yang baik bagi satwa liar setempat.

Saat D-30A melewati pulau tersebut, kemungkinan besar ia melepaskan air lelehan yang kaya akan zat besi yang dapat mendukung peningkatan pertumbuhan alga di wilayah tersebut, kata para peneliti.

D-30A kini tampaknya sedang menuju ke Jalur Drake, yang dijuluki "lorong gunung es", tempat gunung es raksasa terperangkap dalam arus laut yang menyeret mereka ke perairan hangat hingga kehancurannya.

Pada November 2022, bekas gunung es terbesar di dunia, A-76A, terlihat di jalur yang sama sebelum akhirnya pecah sekitar 1.500 mil (2.415 km) lebih jauh ke utara pada bulan Juni tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com