Berbeda dengan sejumlah hewan yang memiliki bisa beracun seperti ular, Fry menyebutkan, proses keluarnya racun pada komodo lebih rumit.
Jika ular biasanya memiliki saluran racun tunggal yang mengarah ke taringnya. Namun Komodo memiliki banyak saluran yang terletak di antara giginya.
Namun hal ini bukan berarti komodo tidak mengeluarkan racunnya seefisien ular.
Alih-laih menyuntikkan racun secara langsung melalui gigitan yang kuat, komodo menggunakan gerakan gigitan dan tarikan khusus untuk mengeluarkan racun ke dalam luka selama serangan yang terus-menerus.
“Ini adalah sistem saluran paling rumit yang pernah ditemukan pada reptil hingga saat ini,” katanya.
Kombinasi racun dan beberapa luka robek dari gigi komodo yang tajam dan bergerigi inilah yang membuat komodo begitu mematikan.
“Mereka tidak seperti ular kobra, yang hanya bisa ular. Komodo punya persenjataan gabungan,” kata Fry.
Temuan ini menunjukkan bahwa kerabat purba Komodo, Megalania, menggunakan pendekatan serupa dengan menggunakan racun plus luka.
Kadal raksasa, yang berkeliaran di Australia sekitar 40.000 tahun lalu, berukuran panjang sekitar 4 meter.
Karya Fry yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences dapat diartikan bahwa Megalania adalah hewan berbisa terbesar yang pernah hidup.
Komodo hidup di beberapa pulau di Indonesia dan biasanya tumbuh hingga panjang 3 meter dan berat sekitar 50 kg.
Mereka menunggu mangsa dan menyergapnya dengan menyerang ke depan dengan rahang terbuka.
Kadal raksasa ini bisa menghabiskan waktu berjam-jam di satu tempat, menunggu babi hutan, rusa, kambing, dan mamalia besar lainnya lewat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.