Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Mula Perang Dingin Megawati-SBY, Apa Pemicunya?

Kompas.com - 19/09/2023, 20:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hubungan Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seperti mengalami perang dingin selama hampir dua dekade.

Padahal, keduanya pernah sama-sama duduk dalam Kabinet Gotong Royong pada periode 2001-2004 silam.

Saat itu, Megawati yang diangkat sebagai Presiden ke-5 RI menunjuk SBY sebagai Menteri Koordinator (Menko) Bidang Politik dan Keamanan (Polkam).

Namun, setelah SBY menggantikan Megawati dari kursi presiden pada 2004, keduanya jarang bertemu dan hubungan mereka dinilai mulai renggang.

Tak mengherankan apabila publik menilai Megawati dan SBY terlibat perang dingin selama bertahun-tahun.

Baca juga: Mimpi SBY soal Naik Kereta Bareng Megawati dan Jokowi, Apa Artinya?

Awal mula kedekatan Megawati dan SBY

Sebelum konflik panjang Megawati dan SBY terjadi, keduanya pernah akrab ketika Kabinet Gotong Royong terbentuk.

Megawati yang diangkat menjadi Presiden bersama Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden menunjuk SBY untuk menduduki jabatan sebagai Menko Polkam pada 10 Agustus 2001.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (18/11/2022), masuknya SBY kemudian dipertanyakan oleh beberapa elite PDI-P.

Sebab, ia dianggap oleh elite PDI-P terlibat dalam tragedi Kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli.

Peristiwa tersebut menyebabkan kantor PDI yang berada di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat diobrak-abrik massa.

Selain peristiwa Kudatuli, posisi SBY sebagai menantu Sarwo Edhi Wibowo juga dipersoalkan sebab sosok ini dinilai berseberangan dengan Soekarno saat masih Orde Lama.

Kendati demikian, Megawati tidak mengubah keputusannya dan tetap mengangkat SBY menjadi Menko Polkam.

Baca juga: Pertemuan Anies, SBY, dan Surya Paloh, Pengamat: Tak Ada Momen Politik yang Kebetulan

 

SBY mengundurkan diri

SBY sempat menjadi tangan kanan Megawati selama memerintah. Namun, kebersamaan keduanya berakhir ketika SBY memutuskan untuk mengundurkan diri sebelum pendaftaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004.

Berdasarkan catatan Kompas.com, Senin (24/1/2022), pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur ini memutuskan angkat kaki dari Kabinet Gotong Royong pada 11 Maret 2004.

SBY memilih keluar dari kabinet Megawati untuk mempersiapkan diri sebagai calon presiden (capres).

Namun, beredar juga kabar bahwa pengunduran diri tersebut disebabkan oleh SBY yang merasa dizalimi oleh Megawati.

Baca juga: Cerita Penetapan 1 Juni Hari Lahir Pancasila: Usulan Megawati kepada SBY, Disahkan Jokowi

SBY maju sebagai capres

SBY dan JK saat masih menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden dalam jumpa pers Jumat (5/5/2006).ANUNG/ PRESIDENSBY.INFO SBY dan JK saat masih menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden dalam jumpa pers Jumat (5/5/2006).

Setelah menanggalkan jabatannya sebagai Menko Polkam, SBY maju sebagai capres pada Pilpres 2004.

Pada saat itu, ia menggandeng Jusuf Kalla (JK) untuk menghadapi pasangan Megawati-Hasyim Muzadi pada Pilpres 2004.

Sebelumnya, JK juga merupakan bagian dari Kabinet Megawati. Ia pernah menduduki posisi sebagai Menko Bidang Kesejahteraan.

Selain Megawati-Hasyim dan SBY-JK, ada pula pasangan lain yang ikut berkontestasi, yakni Wiranto-Salahuddin Wahid, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Pasangan SBY-JK bersama Megawati-Hasyim mampu melaju ke putaran kedua Pilpres 2004. Pada pemungutan suara terakhir, SBY-JK akhirnya mengalahkan Megawati-Hasyim.

Baca juga: Membayangkan Legacy Jokowi (2): Warisan Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY

Pertarungan Megawati dan SBY part 2

Setelah mengalami kekalahan pada Pilpres 2004, Megawati kembali mencoba peruntungan untuk merebut kursi RI-1 pada pilpres berikutnya. 

Pada Pilpres 2009, Megawati menggandeng Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Semenyara SBY yang berstatus sebagai petahana menunjuk Boediono yang merupakan Gubernur Bank Indonesia (BI) 2008-2009 sebagai cawapresnya.

Pilpres 2009 yang menjadi pertarungan part 2 bagi keduanya, dan lagi-lagi dimenangkan oleh SBY yang mengantongi 73.874.562 suara atau 60,8 persen suara.

Saat itu, Megawati-Prabowo hanya memperoleh 32.548.105 suara atau 26,79 persen suara.

Baca juga: Nasihat SBY: karena Kalian Anak Presiden, Begitu Hukumnya...

Panda Nababan diutus bertemu SBY

Di tengah panas-dingin hubungan Megawati dan SBY, politikus PDI-P Panda Nababan pernah membongkar apa yang terjadi di balik hubungan kedua mantan presiden ini.

Panda mengatakan, ia pernah diutus oleh Megawati untuk bertemu dengan SBY pada 2005. Ia menemui SBY ketika mantan Kepala Staf Teritorial 1998-1999 ini belum genap satu tahun menjabat sebagai presiden.

Ia diutus Mega karena utusan SBY yang bertemu Mega tidak pernah mampu mempertemukan kedua elite ini.

Panda mengatakan, 18 tahun yang lalu Megawati menugaskan dirinya berbicara dengan Presiden SBY di Istana dalam satu malam. 

"Sebelumnya utusan-utusan dari Presiden SBY untuk meminta Mega kapan waktunya mereka berdua bertemu, itu tidak ada kepastian," ungkap Panda, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (22/6/2023).

Baca juga: Tak Ikut Pilpres 2024, Mengapa Publik Bandingkan Kinerja SBY-Jokowi?

 

5 pertanyaan untuk SBY

Wartawan senior Panda Nababan kepada awak media saat menghadiri persemayaman alamrhum Aristides Katoppo di Rumah Duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Minggu (29/9/2019).KOMPAS.COM/DEAN PAHREVI Wartawan senior Panda Nababan kepada awak media saat menghadiri persemayaman alamrhum Aristides Katoppo di Rumah Duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Minggu (29/9/2019).

Panda yang diutus oleh Megawati mendapat lima pertanyaan untuk disampaikan kepada SBY. Tiga dari lima pertanyaan tersebut diungkap Panda ke publik.

Pertama, Megawati bertanya apakah SBY pernah mengutarakan keinginannya untuk menjadi wakil presidennya.

Megawati juga menitipkan pertanyaan soal apakah Kantor Polkam digunakan oleh SBY untuk membentuk Partai Demokrat.

Pertanyaan ketiga, Megawati bertanya apakah SBY masih ingat dengan ucapannya yang menyebut tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2004.

Sayang, tak ada satu pun pertanyaan titipan Megawati dijawab oleh SBY. Padahal, jika semua pertanyaan tersebut dijawab, Megawati berkenan bertemu dengan SBY secara langsung.

"Waktu saya ajukan lima pertanyaan itu, lima itu tidak ada dijawab itu sampai sekarang. Itu terus terang saja menjadi bom waktu, 18 tahun mereka tidak pernah duduk bersama kongko-kongko atau ngobrol," ungkap Panda.

(Sumber: Kompas.com/Penulis: Fitria Chusna Farisa).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Tren
Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com