KOMPAS.com - Penyakit usus buntu atau apendesitis terjadi saat organ apendiks alias usus buntu mengalami peradangan.
Organ berbentuk kantong ini terhubung dengan usus besar dari sisi kanan bawah perut. Tak heran, saat mengalami peradangan, penderita akan merasakan nyeri perut di sebelah kanan bawah.
Gejala awal penyakit yang kerap hanya disebut sebagai usus buntu ini bervariasi, tergantung kelompok umur.
Namun, Medical News Today melaporkan, ciri-ciri usus buntu mengalami peradangan pertama adalah nyeri perut parah dan tiba-tiba.
Meski siapa pun dapat terkena radang usus buntu, penyakit ini paling sering terjadi pada orang berusia antara 10 hingga 30 tahun.
Lantas, apa saja ciri-ciri radang usus buntu?
Baca juga: 5 Makanan yang Bisa Menyebabkan Radang Usus Buntu
Sakit perut yang parah dan tiba-tiba biasanya merupakan gejala awal dari penyakit radang usus buntu.
Rasa sakit sering kali dimulai dari dekat pusar dan merambat atau berpindah ke sisi kanan bawah perut.
Nyeri kemungkinan menjadi lebih intens dalam beberapa jam berikutnya serta dapat memburuk saat bergerak, menarik napas dalam-dalam, batuk, maupun bersin.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, berikut ciri-ciri usus buntu yang mengalami peradangan:
Lokasi nyeri dapat bervariasi, tergantung pada usia dan posisi usus buntu. Pada bayi dan anak-anak, kemungkinan tidak mengalami nyeri di satu area tertentu.
Namun, usus buntu pada anak dapat memicu nyeri di seluruh tubuh atau tidak ada rasa sakit sama sekali.
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak dan bayi mungkin lebih jarang atau bahkan tidak buang air besar sama sekali.
Sementara pada wanita hamil, nyeri usus buntu lebih sering terjadi pada perut bagian atas karena posisi organ ini lebih tinggi selama kehamilan.
Melihat sejumlah ciri-ciri usus buntu tersebut, seseorang yang curiga telah terkena harus memeriksakan diri ke dokter.
Dokter biasanya akan mendiagnosis apendisitis melalui:
Baca juga: Bisa Turunkan Gula Darah, Ini 4 Efek Samping Mentimun bagi Kesehatan
Menurut Kementerian Kesehatan, apendesitis terjadi akibat infeksi di rongga usus buntu.
Infeksi menyebabkan bakteri berkembang dengan cepat, sehingga usus buntu meradang, bengkak, dan bernanah.
Jika tidak segera ditangani, organ usus buntu berpotensi pecah dan memicu masalah kesehatan yang lebih fatal.
Penyakit penyakit usus buntu masih belum dapat dipastikan. Namun, sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko organ ini mengalami infeksi, yaitu:
Baca juga: 4 Efek Samping Taoge jika Dikonsumsi Keliru, Bisa Picu Keracunan
Apendesitis yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:
Radang usus buntu tidak dapat sembuh sendiri, kecuali jika penyebabnya tiba-tiba hilang. Misalnya, ternyata penyumbatan pada organ ini lepas sendiri dan masuk melalui usus besar.
Namun, kemungkinan tersebut sangat kecil terjadi, meski nyeri akibat usus buntu perlahan mulai mereda.
Radang usus buntu hampir selalu dilihat sebagai keadaan darurat. Pembedahan atau operasi dengan mengangkat organ kecil ini merupakan pengobatan standar untuk hampir semua kasus.
Jika dokter mencurigai seseorang terkena penyakit ini, biasanya akan segera mengeluarkannya guna menghindari pecahnya usus buntu.
Sementara itu, jika disertai, kemungkinan dokter akan melakukan dua prosedur penanganan.
Pertama, mengeringkan abses nanah serta cairan. Serta kedua, prosedur untuk mengeluarkan usus buntu.
Namun, pengobatan usus buntu dengan antiobiotik tanpa operasi juga dapat dilakukan khusus kondisi yang belum parah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.