Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/08/2023, 17:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) hingga kini masih terus dikebut.

Sedianya, kereta cepat ini akan beroperasi pada 18 Agustus 2023 dan menjadi kado HUT ke-78 RI.

Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan, operasional KCJB dipastikan akan mundur sekitar September 2023.

"Kereta cepat mungkin kita akan coba lagi di September, begitu siap semuanya juga segera dioperasikan," kata Jokowi, dikutip dari Kompas.com, Kamis (10/8/2023).

"Semakin cepat dioperasikan semakin baik karena kita tahu setiap hari kita ini hadapi kemacetan, tiap hari kita juga hadapi polusi," sambungnya.

Baca juga: Uji Coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dimulai Awal September 2023, Gratis!

Tiket disuntik APBN

Untuk kesekian kalinya, proyek KCJB kembali menggunakan APBN.

Dalam hal ini, penggunaan APBN ditujukan untuk tiket KCJB agar lebih murah dan terjangkau.

Bukan hanya KCJB, pemerintah juga akan memberikan subsidi kepada LRT Jabodebek, MRT, dan sejumlah transportasi lainnya.

"Ada subsidi, baik yang namanya kereta bandara, baik yang namanya Transjakarta, KRL, baik yang namanya kerta api, baik yang namanya LRT, baik yang namanya MRT, baik namanya kereta cepat, semuanya harus ada subsidinya," kata Jokowi, dilansir dari Antara.

Menurutnya, subsidi itu akan diberikan melalui Public Service Obiligation (PSO) agar dapat meringankan harga tiket moda transportasi yang dibebankan kepada publik.

Dengan adanya subsidi ini, maka tarif KCJB diusulkan sebesar Rp 250.000 untuk tiga tahun ke depan.

Baca juga: Benarkah Kecepatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Kalahkan Shinkansen?

Janji tak gunakan APBN

Penggunaan APBN dalam proyek KCJB tersebut sebelumnya kerap disorot.

Sebab, pemerintah semula berkomitmen untuk tidak menggunakan uang APBN sedikit pun, melainkan dari investasi.

Pemerintah saat itu bahkan menyebut APBN lebih baik digunakan untuk membangun kereta api di Papua, Sulawesi, dan Kalimantan.

Namun, proyek KCJB pada akhirnya menggunakan APBN karena berbagai alasan, termasuk kebutuhan dana yang membengkak.

Proyek tersebut awalnya direncanakan memakan biaya 6,07 miliar dollar AS atau sekitar Rp 86,5 triliun.

Akan tetapi, kebutuhan dana tersebut membengkak hingga menjadi sekitar 8 miliar dollar AS atau setara Rp 114,24 triliun.

Pembengkakan kebutuhan dana itu juga dibarengi dengan kondisi keuangan para pemegang saham perusahaan konsorsium proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang mengalami kemacetan akibat pandemi Covid-19.

(Sumber: Kompas.com: Sabrina Asril, Arditho Ramadhan | Editor: Irfan Maullana, Novianti Setuningsih

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com