Namun, kondisi yang semakin tidak terkendali membuat pilot mencoba menerbangkan pesawat menuju pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Yokota.
Sebagai persiapan, awak pesawat menurunkan roda pendaratan serta memperpanjang flap atau bagian tepi belakang pesawat.
Kendati demikian, hal itu justru menyebabkan pesawat semakin tidak seimbang, dengan posisi hidung pesawat turun dan miring ke kanan.
Pada pukul 18.56 waktu setempat, pesawat yang telah hilang kontak dengan radar ini tiba-tiba membelok 40 derajat dan menabrak pepohonan di lereng gunung.
Beberapa saat kemudian, sekitar 45 menit setelah lepas landas, sayap kanan memotong punggung bukit, mematahkan pesawat hingga berhenti di antara dua punggung bukit.
Baca juga: NASA Hilang Kontak dengan Voyager 2, Pesawat Antariksa yang Berhasil Jelajahi Ujung Tata Surya
Insiden nahas itu menyebabkan 520 orang di dalam pesawat meninggal dunia, dengan empat orang wanita selamat.
Saat kejadian, sebenarnya beberapa korban sempat selamat. Akan tetapi, nyawa mereka tak tertolong saat menunggu datangnya tim penyelamat.
Sekitar 14 jam kemudian, kru penyelamat darurat baru mencapai lokasi dan menerjunkan pasukan dari helikopter.
Sementara itu, setelah kecelakaan, Komisi Penyelidik Kecelakaan Pesawat dan Kereta Api Jepang kembali mengungkit fakta bahwa ekor pesawat Boeing 747 pernah tersenggol pada 2 Juni 1978.
Dikutip dari Kompas.com, ekor pesawat kemudian diperbaiki dengan tidak sempurna oleh teknisi Boeing dan JAL.
Perbaikan kurang sempurna itu menyebabkan berkurangnya kemampuan penyekat bertekanan bagian belakang dalam menahan beban tekanan selama penerbangan.
Kondisi tersebut pun mengakibatkan kelelahan logam yang berujung pada kecelakaan.
Pasca-kecelakaan, Presiden JAL Yasumoto Takagi memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Sedangkan di Haneda, seorang manajer perawatan JAL bunuh diri akibat tidak kuat menanggung rasa malu dan rasa bersalah kepada perusahaan.
Berbanding terbalik, banyak ahli penerbangan memuji kemampuan pilot karena mampu menahan pesawat rusak di udara selama hampir setengah jam setelah melaporkan kesulitan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.