Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Japan Airlines 123, Terombang-ambing dan Jatuh di Malam Liburan, Tewaskan 520 Orang

Kompas.com - 13/08/2023, 10:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Namun, kondisi yang semakin tidak terkendali membuat pilot mencoba menerbangkan pesawat menuju pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Yokota.

Sebagai persiapan, awak pesawat menurunkan roda pendaratan serta memperpanjang flap atau bagian tepi belakang pesawat.

Kendati demikian, hal itu justru menyebabkan pesawat semakin tidak seimbang, dengan posisi hidung pesawat turun dan miring ke kanan.

Pada pukul 18.56 waktu setempat, pesawat yang telah hilang kontak dengan radar ini tiba-tiba membelok 40 derajat dan menabrak pepohonan di lereng gunung.

Beberapa saat kemudian, sekitar 45 menit setelah lepas landas, sayap kanan memotong punggung bukit, mematahkan pesawat hingga berhenti di antara dua punggung bukit.

Baca juga: NASA Hilang Kontak dengan Voyager 2, Pesawat Antariksa yang Berhasil Jelajahi Ujung Tata Surya

520 dari 524 orang meninggal

Insiden nahas itu menyebabkan 520 orang di dalam pesawat meninggal dunia, dengan empat orang wanita selamat.

Saat kejadian, sebenarnya beberapa korban sempat selamat. Akan tetapi, nyawa mereka tak tertolong saat menunggu datangnya tim penyelamat.

Sekitar 14 jam kemudian, kru penyelamat darurat baru mencapai lokasi dan menerjunkan pasukan dari helikopter.

Sementara itu, setelah kecelakaan, Komisi Penyelidik Kecelakaan Pesawat dan Kereta Api Jepang kembali mengungkit fakta bahwa ekor pesawat Boeing 747 pernah tersenggol pada 2 Juni 1978.

Dikutip dari Kompas.com, ekor pesawat kemudian diperbaiki dengan tidak sempurna oleh teknisi Boeing dan JAL.

Perbaikan kurang sempurna itu menyebabkan berkurangnya kemampuan penyekat bertekanan bagian belakang dalam menahan beban tekanan selama penerbangan.

Kondisi tersebut pun mengakibatkan kelelahan logam yang berujung pada kecelakaan.

Pasca-kecelakaan, Presiden JAL Yasumoto Takagi memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Sedangkan di Haneda, seorang manajer perawatan JAL bunuh diri akibat tidak kuat menanggung rasa malu dan rasa bersalah kepada perusahaan.

Berbanding terbalik, banyak ahli penerbangan memuji kemampuan pilot karena mampu menahan pesawat rusak di udara selama hampir setengah jam setelah melaporkan kesulitan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Tren
Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Tren
Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tren
Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com