Rosamund et al. (2020) merilis kondisi kritis kerusakan permanen ekosistem hutan hujan Amazon di Brasil dan terumbu karang. Namun, tidak terlihat langkah emergensi dari para pemimpin di zona ini.
Bahkan IPCC (2019:7) dan hasil riset Zeng et al. (2009) merilis peta perluasan gurun dan zona kering di wilayah subtropis akibat perubahan iklim. Namun, tidak tampak langkah darurat para pemimpin di zona-zona ini.
Bahkan telanjang di depan mata, permukaan laut global terus naik akibat cair glasial, lapisan es Greenland dan Antartika serta cairnya massa es kutub sekitar 252 giga ton per tahun. Kenaikan permukaan laut periode 1993-2020 naik rata-rata sekitar 3,3 ± 0,3 mm per tahun (WMO, 2021: 12).
Namun, banyak pihak berkelakar bahwa risiko itu hanya omong kosong. IPCC (2019:324) merilis perkiraan bahwa permukaan laut bakal naik sekitar 61–110 cm, jika emisi karbon dioksida sangat tinggi.
Pendidikan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) kendali perubahan iklim terutama berbasis ilmu-ilmu sistainabilitas (sciences of sustainability). Pengetahuan pokok dari jenis ilmu-ilmu ini ialah ilmu dan teknologi tanah, air, pohon atau flora, dan cahaya. Kini tiap negara perlu mengembangkan konsep, modul, silabus, dan kurikulum pendidikan ini.
Prinsip pokok dari iptek tersebut di atas, antara lain diajukan oleh Pring et al. (1999: 39-55; 151-177) ialah pelestarian semua aspek lingkungan hayat suatu negara, warisan sosial-ekonomi dan budayanya, dan penggunaan rasional sumber-sumber nonrenewables. Dalam hal ini, usaha-usaha penambangan dapat memicu risiko dan paradoks.
Alasannya, seluruh tahapan kegiatan pertambangan mineral memengaruhi setiap media lingkungan, seperti lahan, tanah, udara, air, flora dan fauna serta kesehatan manusia, keamanan manusia, pola hidup masyarakat sekitar pertambangan, survival budaya, tata-masyarakat, dan kesejahteraan ekonomi.
Negara adalah suatu sistem hayat. Tiap upaya membangun negara berkenaan dengan sistem hayat yakni tanah, air, flora, fauna, dan cahaya. Jika satu unsur rusak, maka unsur lain terpengaruh. Maka pendidikan harus dapat mengurai seluruh mata-rantai risiko dari upaya-upaya penambangan dan kendali risikonya.
Misalnya, para ahli menguraikan bahwa dampak penambangan tidak bersifat lokal, tetapi dampaknya dapat menembus batas suatu negara, perbatasan antara negara, dan lingkungan dunia (Wälde, 1993: 42; Warhurst, 1994: 135).
Tahapan eksplorasi seperti survei, pemetaan, pengeboran, dan lain-lain umumnya memicu risiko sosial, lingkungan, dan ekonomi. Sebab kegiatan ini mencakup pembabatan hutan dan vegetasi, pemindahan satwa liar, kematian satwa liar, dan perubahan bentuk tanah akibat pembuatan jalan, kamp, lubang, penggalian, dan lain-lain (Wälde, 1993: 43).
Maka kini muncul tren baru yakni penambangan di permukaan tanah (urban mining), dan tidak lagi bor dan menggali ke dalam perut Bumi. Ini tentu tugas iptek.
Di sisi lain, sejumlah ahli menawarkan pendekatan modal (capital approach) guna melahirkan pembangunan berkelanjutan. Misalnya, ahli ekonomi Aghion dan Howitt (1998) memandang peran sistem tata-kelola (governance) sebagai variabel independen terhadap keberhasilan strategi pembangunan berkelanjutan.
Sebab akumulasi kapital, seperti mesin, infrastruktur, keahlian atau pengetahuan, dan SDM, menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan. Aghion dan Howitt (1998:23) menulis, “The growth of technology depends on economic decisions at least as much as does capital accumulation.”
Jika usul pendekatan kapital itu diterapkan dalam kebijakan dan pendidikan, maka mesti dimulai dari unsur inti tiap negara yakni (1) tanah-air sebagai pusat vegetasi, dan (2) manusia sebagai rakyat atau bangsa.
Perihal kedua unsur pokok modal tiap negara itu, Parkin et al. (2003:20) menulis bahwa di sinilah letak nilai strategis pendidikan guna kendali risiko perubahan iklim. Jika SDM rapuh, maka upaya kendali perubahan iklim juga tentu rapuh dan berisiko gagal. Maka kini tiba saatnya pemerintah dan rakyat tiap negara menyusun konsep, modul, silabus, dan kurikulum pendidikan tanah, air, pohon atau hutan, dan cahaya guna kendali perubahan iklim kini dan ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.