Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Thor Pedersen Kunjungi 203 Negara Tanpa Terbang, Pilih Naik Kapal, Bus, Kereta, Juga Becak

Kompas.com - 09/08/2023, 08:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Torbjorn Pedersen atau kerap disapa Thor akhirnya kembali menyapa rumah setelah melakukan perjalanan keliling dunia ke 203 negara.

Perjalanan yang memakan waktu hingga 10 tahun itu berakhir saat kakinya menginjak Aarhus, di pantai timur Denmark, pada 26 Juli 2023.

Uniknya, pencapaian luar biasa menjelajahi ratusan negara tersebut diraihnya tanpa pernah terbang menaiki pesawat, seperti dilaporkan Firstpost, Rabu (2/8/2023).

"Saya telah bermimpi untuk kembali ke rumah dan menyelesaikannya. Jadi itu adalah hari ini," ungkapnya.

Baca juga: Hidup di Kapal Yacht Selama 5 Tahun, Ika Permatasari-Olsen: Tak Ada Rencana Menetap Lagi di Darat


Email dari ayah ubah kehidupan Thor

Lahir dari orangtua Skandinavia, Thor lahir di Denmark dan ikut keluarganya pindah ke Amerika Serikat.

Bertahun-tahun kemudian, dia kembali ke negara asal untuk menyelesaikan sekolah dan mendaftar militer.

Saat mengabdikan diri sebagai anggota militer, Thor mendapat pekerjaan di sektor pengiriman dan logistik.

Pengalaman inilah yang mengantarkan Thor kepada keinginan untuk merencanakan perjalanan keliling dunianya sendiri.

Hingga pada 2013, dia menerima email berisi tautan artikel dari sang sang ayah yang mengubah hidupnya.

"Saya segera menyadari bahwa tidak ada seorang pun dalam sejarah yang pergi ke setiap negara di dunia tanpa terbang. Fakta itu menarik minat saya dan melekat pada saya," ujarnya.

Kala itu, Thor telah membangun karier pengiriman produk dan merencanakan proyek konstruksi di seluruh dunia.

Namun, keinginan untuk mencetak rekor membuatnya nekat merencanakan rute keliling dunia tanpa menggunakan pesawat.

Thor mengatakan, dia menerima dana dari perusahaan energi panas bumi Denmark yang menaruh minat pada usahanya.

Dia pun menarik ribuan dollar dari tabungan serta mengambil pinjaman untuk mewujudkan mimpi.

Baca juga: Cerita Ika Permatasari-Olsen Puasa Sembari Berlayar, Sahur dan Buka di Dua Negara Berbeda

Diawali dari keliling Eropa

Di tahun yang sama, tepatnya pada Oktober 2013, Pedersen atau Thor memulai perjalanan dengan menaiki kereta api dari Denmark ke Jerman.

Dia mengungkapkan menghabiskan setidaknya 24 jam di setiap negara dengan menyewa tempat tidur di asrama atau hostel.

Diberitakan The Washington Post, Senin (7/8/2023), tujuan utamanya adalah untuk menghabiskan sekitar 20 dollar AS per hari.

Bepergian ke Eropa merupakan bagian termudah dari petualangan. Thor baru menemui rintangan pertama saat tidak menemukan kapal untuk membawanya dari Norwegia ke Kepulauan Faroe pada Desember 2013.

Setelah sekitar tiga minggu, kata dia, sebuah perusahaan pelayaran pun mengizinkannya untuk naik kapal.

"Hal semacam itu sepertinya sulit pada saat itu. Tapi itu permainan anak-anak (tergolong mudah) dibandingkan dengan apa yang saya datangi," ujarnya.

Pada Mei 2014, dia naik kapal dalam kondisi buruk dari Islandia menuju Kanada, melewati gunung es di tengah cuaca badai.

Kala itu, dia mengira akan jatuh dan tenggelam. Namun ternyata, kapal berhasil tiba di tujuan dengan selamat 12 hari kemudian.

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Ahli Geologi Sering Menjilat Bebatuan

Lika-liku keliling, penyakit tak bisa dihindari

Salah satu risiko petualangannya, Thor tak dapat menghindari penyakit saat mengunjungi suatu negara.

Pada Juni 2015, dia didiagnosis menderita malaria serebral di klinik Ghana. Dirinya yakin telah terinfeksi parasit sekitar dua minggu sebelumnya, saat berada di Liberia.

Pada saat itu, Thor memutuskan untuk tidur di luar pom bensin dan sempat berhalusinasi serta kehilangan kemampuan sederhana seperti menulis, meski hanya untuk sementara.

Bahkan, setelah sekitar dua minggu menjalani perawatan, tangannya masih kerap bergetar selama hampir tiga bulan.

Di Republik Kongo pada Oktober 2015, dia duduk di belakang sebuah truk berisi sekitar 50 orang. Namun, meski selama perjalanan terasa menyenangkan, pikiran Thor masih bergulat untuk memutuskan tetap maju atau mundur dengan tekadnya.

Dia mulai kelelahan dan kesepian, serta merasa orang-orang tidak menganggap serius misi yang tengah dijalaninya.

Tekadnya pun kian turun pada Januari 2016, saat bertemu dengan sekelompok pria peminum di hutan Afrika pada malam hari.

Diiringi musik keras, tiga dari pria itu menodongkan senjata dan bertanya apa yang tengah dia lakukan. Thor mengira dirinya akan mati saat itu, tetapi akhirnya dilepaskan.

Kendati demikian, kejadian tidak menyenangkan masih terus "menghiasi" perjalanan Thor. Masih di bulan yang sama, seorang supir tertidur saat mengantarnya dan tujuh orang lain di Kamerun.

Mobil pun mulai keluar dari jalan tanah dan mendekati tebing, sebelum Thor memutuskan untuk lompat tempat duduk dan meraih kemudi.

Pengalaman tak terlupakan lain, menurut Thor, adalah saat mengunjungi Sudan Selatan pada November 2016, hampir tiga tahun setelah perang saudara.

Dia ketakutan saat melihat bus ditembaki dan penumpang diserang. Namun, ketakutan itu hilang sebelum pendulum berayun ke arah lain.

Baca juga: 10 Masakan Ayam Goreng Terbaik di Dunia Versi Taste Atlas, Ada Ayam Penyet

Terjebak di Hong Kong selama pandemi

Dikutip dari laman Euronews (9/6/2023), Thor tiba di Hong Kong dengan kapal kontainer dari Negara Federasi Mikronesia pada Januari 2020.

Dia hanya memiliki sembilan negara tersisa dalam rencana perjalanan, yakni Palau, Vanuatu, Tonga, Samoa, Tuvalu, Selandia Baru, Australia, Sri Lanka, dan Maladewa.

Warga Denmark itu sebenarnya dijadwalkan meninggalkan Hong Kong dengan kapal kontainer ke Palau, sebelum wabah virus corona menghentikan perjalanan.

"Ketika dinyatakan sebagai pandemi global, saya tahu ini sudah berakhir, setidaknya untuk sementara waktu," kata Thor.

Alih-alih menghabiskan empat hari di Hong Kong, dia akhirnya tinggal selama dua tahun sebelum mengejar kontainer pengiriman selama 27 hari ke Australia.

"Saya punya banyak alasan untuk pulang dan menyerah, terutama selama pandemi," katanya.

"Ini merugikan, tetapi saya tetap berpegang teguh bahwa jika ingin meraih sesuatu dalam hidup yang mungkin tidak mudah, bertahan dengan itu adalah satu-satunya cara agar Anda dapat mencapai tujuan," lanjutnya.

Sembari menunggu kesempatan untuk ke Palau, pelancong itu menghabiskan hari-hari dengan menaklukkan banyak jalur pendakian, bekerja bersama Palang Merah, dan mencatat pengalamannya di blog, Once Upon a Saga.

Baca juga: Kisah Perjalanan Boneka Little Amal ke Norwegia, Disambut Tembang Dhandhanggula dan Lagu Kasih Ibu

Belajar dari perjalanan

Di tengah kebimbangan, kebaikan orang lain mengobarkan semangat Thor untuk tetap melanjutkan perjalanan.

Dia menceritakan, permintaan visanya ke beberapa negara sempat ditolak selama berbulan-bulan.

Namun, dia selalu menemukan supir taksi atau teman yang merupakan penduduk negara setempat untuk mengantarnya ke sana.

Pedersen pun berhasil bertandang ke Palau pada Januari 2022. Pada Oktober, dia dan tunangannya menikah di Vanuatu, dengan dekorasi daun palem dan gambar hati yang terukir di pasir.

Hingga pada Mei 2023, dirinya berhasil tiba di negara terakhir, Maladewa. Beberapa hari kemudian, Thor mulai kembali berlayar melintasi samudra selama dua bulan menuju Denmark.

Kunjungannya telah mengumpulkan sejumlah angka menarik, termasuk 3.576 hari, 379 kapal kontainer, 158 kereta api, 351 bus, 219 taksi, 33 perahu, dan 43 becak.

Kendati demikian, bagi Thor susunan angka tersebut bukanlah hal terpenting. Dia mengungkapkan rasa bangga karena tidak pernah menyerah untuk melanjutkan perjalanan.

"Meski ada banyak rasa sakit dan kekecewaan, ada banyak pengetahuan dan keindahan serta pengalaman hebat selama ini," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com