Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Tanpa Guru

Kompas.com - 31/07/2023, 13:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Keempat, entitas siswa. Siswa harus dimaknai dalam konteks yang lebih luas, yaitu mereka yang belajar sejak PAUD sampai perguruan tinggi.

Posisi siswa dalam konteks lembaga pendidikan demikian sentral karena pusat perputaran dari lembaga terletak pada siswa.

Sekian lama keempat entitas ini berinteraksi secara intens menerjemahkan seluruh visi dan misi pendidikan suatu bangsa.

Sampai kemudian saat ini ketika era internet dan digitalisasi merambah pada berbagai bidang, maka setiap entitas dalam lembaga pendidikan banyak terancam eksistensi dan perannya.

Salah satu yang sangat signifikan ancamannya adalah ketika realitas digital akan mensubstitusi, bahkan mendisrupsi posisi dan peran guru.

Tentu saja guru dalam konteks ini harus dipahami secara sosial budaya, di mana mereka yang disebut guru adalah orang-orang yang memiliki kapasitas dan profesi mengajar.

Mengapa entitas guru bisa dikatakan posisinya terancam?

Seiring dengan hadirnya teknologi modern saat ini, beberapa hal yang kemudian berkaitan dengan kapasitas dan kemampuan seorang guru bisa diganti oleh produk buatan manusia yang bernama kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Pada beberapa hal, AI sudah terbukti cukup efektif menggantikan pekerjaan-pekerjaan berbasis pelayanan seperti ticketing, design, menyusun referensi, dan lain-lain.

Nah, hal yang saat ini mulai dirambah oleh AI adalah proses belajar. Proses belajar cukup potensial jika siswa-siswa belajar hanya kepada AI.

Terdapat beberapa argumen mengapa potensi digantikannya guru oleh AI demikian besar. Pertama, AI bisa mengajarkan seseorang atau mentransformasi ilmu pengetahuan tertentu secara objektif.

Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki perasaan/emosi sehingga bisa menilai kapasitas seseorang jauh lebih objektif daripada seorang guru biasa.

Kedua, saat ini AI sudah mampu menjawab berbagai kebutuhan yang sifatnya ilmu pengetahuan dan skill tertentu yang dibutuhkan oleh siswa, serta memiliki keunggulan untuk bisa menjadi mitra belajar secara lebih efisien, baik secara biaya dan waktu.

Bahkan dengan AI, proses belajar bisa lebih efektif karena AI bisa hadir pada ruang yang terbatas seperti gawai. Siswa pembelajar bisa sangat mudah mempelajari apa saja dan di mana saja pada alat tersebut.

Ketiga, karena AI bukan manusia, maka ketika proses pembelajaran, ia tidak akan menunjukkan sisi emosional ketika seorang siswa belajar lamban atau kekurangan, ataupun hal-hal negatif lain dalam proses pembelajaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com