Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Antraks pada Sapi dan Prosedur Penguburan Ternak yang Mati

Kompas.com - 07/07/2023, 18:15 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus warga Gunungkidul, Yogyakarta yang terinfeksi antraks dan meninggal dunia menarik perhatian publik.

Usai adanya kasus ini, pihak Dinkes setempat kemudian melakukan penelusuran lanjutan dan mendapati adanya 87 orang warga lain yang juga positif antraks.

Puluhan warga tersebut rupanya mengonsumsi daging sapi yang mati karena antraks, bahkan satu di antaranya berasal dari sapi yang sudah dikubur kemudian digali kembali.

Belajar dari adanya kasus antraks di Gunungkidul, lantas apa saja gejala antraks pada hewan ternak?

Gejala antraks pada sapi ternak

Dosen di Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan di Universitas Nusa Cendana (Undana) drh. Aji Winarso, M.Si mengatakan, pada dasarnya antraks bisa menyerang berbagai macam hewan ternak, tak hanya sapi.

"Antraks menyerang semua hewan berdarah panas, pernah juga kasus pada burung unta," ujar Aji saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/7/2023).

Aji menjelaskan, jika sapi menderita antraks, maka gejala yang timbul di antaranya adalah demam tinggi dan kematian mendadak.

Baca juga: 5 Fakta Kasus Antraks di Gunungkidul: Warga Konsumsi Sapi yang Sudah Dikubur, 87 Orang Positif

Sapi yang demam bisa diamati dengan melihat permukaan hidungnya yang kering.

"Kalau memastikan suhu bisa dengan termometer. Pada sapi, bisa mencapai 40,5 derajat (Celsius) saat demam ini," terangnya.

Selain demam, sapi juga akan terlihat lemah, sesak napas, dan denyut jantung meningkat.

"Pada kematian (sapi antraks) dijumpai pendarahan pada lubang kumlah," tambahnya.

Dikutip dari laman Dinas Pertanian Kulonprogo, lubang kumlah yakni lubang seperti mulut, telinga, hidung, dan anus pada sapi.

Pihaknya mengimbau, pada daerah endemik, sebaiknya masyarakat tidak memotong hewan yang sedang demam.

Baca juga: Warga Meninggal Usai Makan Daging Sapi Positif Antraks, Kenali Ciri dan Gejalanya!

Prosedur penguburan sapi yang terkena antraks

Aji mengingatkan jika ada bangkai hewan yang dicurigai antraks maka hewan tersebut tak boleh dibuka atau dipotong.

Pasalnya, bakteri antraks yang terkena udara akan membentuk spora, yang kemudian akan bertahan lama di alam.

"Kebanyakan kasus antraks yang muncul ini adalah dari kasus puluhan tahun lalu, terkubur dalam bentuk spora dan kemudian terekspos karena penggalian, longsor dan sebagainya," ujar dia.

Sapi yang mati karena antraks menurutnya bisa dimusnahkan dengan dibakar habis. Namun, pembakaran ini haruslah tepat.

Sapi sebetulnya bisa dikubur tanpa formalin, tapi akan lebih bagus jika dilumuri disinfektan terlebih dahulu sebelum dikubur agar bakteri di permukaan ternak bisa mati.

Penguburan sapi selanjutnya harus dilakukan dengan menggali tanah yang dalam untuk menghindari kuburan digali kembali oleh orang maupun hewan liar.

Baca juga: Bahaya Antraks, Bakteri Mampu Bertahan di Suatu Lokasi Selama Puluhan Tahun

Bisakah sapi antraks sembuh?

Lantas, apakah sapi yang terkena antraks bisa sembuh?

Menurut Aji, jika infeksi yang terjadi adalah infeksi akut maka sapi tidak bisa disembuhkan.

"Kalau infeksi akut tidak bisa efektif (sembuh)," ujarnya.

Namun jika infeksi bersifat kronis, maka sapi masih bisa diberikan pengobatan antibiotik.

Selain itu, ternak juga bisa diberikan pencegahan dengan memberikan vaksin antraks.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 1-2 Juni 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 1-2 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Apa Manfaat Kesehatan Setop Minum Kopi? | Budisatrio Bantah Maju Pilkada Jakarta 2024

[POPULER TREN] Apa Manfaat Kesehatan Setop Minum Kopi? | Budisatrio Bantah Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Link Download Twibbon Resmi Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024

Link Download Twibbon Resmi Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024

Tren
Bayang-bayang Konflik di Laut China Selatan dan Urgensi Penguatan Diplomasi Regional

Bayang-bayang Konflik di Laut China Selatan dan Urgensi Penguatan Diplomasi Regional

Tren
8 Tanda Anak Psikopat yang Jarang Disadari, Orangtua Harus Tahu

8 Tanda Anak Psikopat yang Jarang Disadari, Orangtua Harus Tahu

Tren
30 Ucapan Selamat Hari Lahir Pancasila 2024, Penuh Semangat

30 Ucapan Selamat Hari Lahir Pancasila 2024, Penuh Semangat

Tren
Sejarah Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Dicetuskan Soekarno, Dilarang Soeharto

Sejarah Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Dicetuskan Soekarno, Dilarang Soeharto

Tren
Membentang Jauh Melampaui Orbit Neptunus, Apa Itu Sabuk Kuiper?

Membentang Jauh Melampaui Orbit Neptunus, Apa Itu Sabuk Kuiper?

Tren
Tarif Promo LRT Jabodebek Dicabut Per 1 Juni 2024, Berapa Tarif Normalnya?

Tarif Promo LRT Jabodebek Dicabut Per 1 Juni 2024, Berapa Tarif Normalnya?

Tren
Iran Buka Pendaftaran Capres Usai Wafatnya Raisi, Syarat Minimal S2

Iran Buka Pendaftaran Capres Usai Wafatnya Raisi, Syarat Minimal S2

Tren
Khutbah Jumat Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Bisa Didengarkan dalam Bahasa Indonesia, Ini Caranya

Khutbah Jumat Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Bisa Didengarkan dalam Bahasa Indonesia, Ini Caranya

Tren
Ramai Poster “All Eyes on Papua” di Media Sosial, Apa yang Terjadi?

Ramai Poster “All Eyes on Papua” di Media Sosial, Apa yang Terjadi?

Tren
Sosok Nikki Haley, Wanita yang Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel

Sosok Nikki Haley, Wanita yang Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel

Tren
Promo Gratis Masuk Ancol 1-21 Juni 2024, Ini Syarat dan Ketentuannya

Promo Gratis Masuk Ancol 1-21 Juni 2024, Ini Syarat dan Ketentuannya

Tren
Kartu Prakerja Gelombang 69 Dibuka Hari Ini, Klik www.prakerja.go.id

Kartu Prakerja Gelombang 69 Dibuka Hari Ini, Klik www.prakerja.go.id

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com