KOMPAS.com - Kasus warga Gunungkidul, Yogyakarta yang terinfeksi antraks dan meninggal dunia menarik perhatian publik.
Usai adanya kasus ini, pihak Dinkes setempat kemudian melakukan penelusuran lanjutan dan mendapati adanya 87 orang warga lain yang juga positif antraks.
Puluhan warga tersebut rupanya mengonsumsi daging sapi yang mati karena antraks, bahkan satu di antaranya berasal dari sapi yang sudah dikubur kemudian digali kembali.
Belajar dari adanya kasus antraks di Gunungkidul, lantas apa saja gejala antraks pada hewan ternak?
Gejala antraks pada sapi ternak
Dosen di Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan di Universitas Nusa Cendana (Undana) drh. Aji Winarso, M.Si mengatakan, pada dasarnya antraks bisa menyerang berbagai macam hewan ternak, tak hanya sapi.
"Antraks menyerang semua hewan berdarah panas, pernah juga kasus pada burung unta," ujar Aji saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/7/2023).
Aji menjelaskan, jika sapi menderita antraks, maka gejala yang timbul di antaranya adalah demam tinggi dan kematian mendadak.
Sapi yang demam bisa diamati dengan melihat permukaan hidungnya yang kering.
"Kalau memastikan suhu bisa dengan termometer. Pada sapi, bisa mencapai 40,5 derajat (Celsius) saat demam ini," terangnya.
Selain demam, sapi juga akan terlihat lemah, sesak napas, dan denyut jantung meningkat.
"Pada kematian (sapi antraks) dijumpai pendarahan pada lubang kumlah," tambahnya.
Dikutip dari laman Dinas Pertanian Kulonprogo, lubang kumlah yakni lubang seperti mulut, telinga, hidung, dan anus pada sapi.
Pihaknya mengimbau, pada daerah endemik, sebaiknya masyarakat tidak memotong hewan yang sedang demam.
Prosedur penguburan sapi yang terkena antraks
Aji mengingatkan jika ada bangkai hewan yang dicurigai antraks maka hewan tersebut tak boleh dibuka atau dipotong.
Pasalnya, bakteri antraks yang terkena udara akan membentuk spora, yang kemudian akan bertahan lama di alam.
"Kebanyakan kasus antraks yang muncul ini adalah dari kasus puluhan tahun lalu, terkubur dalam bentuk spora dan kemudian terekspos karena penggalian, longsor dan sebagainya," ujar dia.
Sapi yang mati karena antraks menurutnya bisa dimusnahkan dengan dibakar habis. Namun, pembakaran ini haruslah tepat.
Sapi sebetulnya bisa dikubur tanpa formalin, tapi akan lebih bagus jika dilumuri disinfektan terlebih dahulu sebelum dikubur agar bakteri di permukaan ternak bisa mati.
Penguburan sapi selanjutnya harus dilakukan dengan menggali tanah yang dalam untuk menghindari kuburan digali kembali oleh orang maupun hewan liar.
Bisakah sapi antraks sembuh?
Lantas, apakah sapi yang terkena antraks bisa sembuh?
Menurut Aji, jika infeksi yang terjadi adalah infeksi akut maka sapi tidak bisa disembuhkan.
"Kalau infeksi akut tidak bisa efektif (sembuh)," ujarnya.
Namun jika infeksi bersifat kronis, maka sapi masih bisa diberikan pengobatan antibiotik.
Selain itu, ternak juga bisa diberikan pencegahan dengan memberikan vaksin antraks.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/07/181500765/gejala-antraks-pada-sapi-dan-prosedur-penguburan-ternak-yang-mati