Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Wilayah Yogyakarta Kerap Diguncang Gempa?

Kompas.com - 01/07/2023, 13:15 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa bumi magnitudo 6,0 mengguncang wilayah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya pada Jumat (30/6/2023) malam.

Getaran gempa itu terasa hingga Bandung dan Mojokerto, Jawa Timur.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi gempa susulan sebanyak 44 kali hingga Sabtu (1/7/2023) pukul 08.00 WIB.

Dampak gempa Bantul, DIY tersebut cukup parah. Selain menimbulkan kerusakan pada ratusan rumah di DIY dan Jawa Tengah, seorang warga dilaporkan meninggal dunia.

Baca juga: 4 Hal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Gempa di Gedung Tinggi, Apa Saja?

Gempa di Yogyakarta bukan kali pertama terjadi. Wilayah ini sudah beberapa kali diguncang gempa bumi yang cukup dahsyat.

Salah satunya, gempa Yogyakarta pada 2006 yang menewaskan lebih dari 5.000 korban jiwa.

Saat itu, gempa terjadi pada pagi hari dengan magnitudo 5,9.

Baca juga: Update Dampak Gempa Bantul: Korban Meninggal, Kerusakan Fasilitas Umum, dan Jaringan Listrik Padam

Lantas, mengapa wilayah Yogyakarta kerap diguncang gempa?


Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Penjelasan BMKG

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan alasan mengapa wilayah Yogyakarta kerap dilanda atau diguncang gempa.

Menurutnya, wilayah Yogyakarta merupakan kawasan sistem aktif dan kompleks karena baik dari laut maupun darat terdapat sumber gempa yang potensial.

"Dari laut terdapat zona subduksi yang memiliki potensi magnitudo target mencapai 8,7 dan di daratan terdapat sesar Opak yang cukup aktif dan bisa mencapai magnitudo target mencapai 6,6," ujarnya, dikutip dari konferensi pers BMKG.

Baca juga: Mengenal Sesar Cugenang, Patahan Baru yang Diidentifikasi BMKG Usai Gempa Cianjur

Dikutip dari Kompas.com (2022) sesar Opak adalah patahan yang berada di wilayah Provinsi Daerah istimewa Yogyakrta (DIY), tepatnya di sekitar aliran Sungai Opak.

Sesar Opak berarah timur laut-barat daya dengan blok timur relatif bergeser ke utara dan blok barat ke selatan.

Lebar sesar Opak ini diperkirakan sekitar 2,5 kilometer.

Sesar opak menjadi patahan utama yang membatasi Lajur Batur Agung dengan dataran rendah Yogyakarta.

Sesar Opak mulai dikenal masyarakat sejak gempa bumi terjadi di Yogyakarta pada 2006.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Sesar dan Jenis-jenisnya...

Catatan gempa bumi di Yogyakarta

Atap dapur warga di Sendangsari Kapanewon Minggir, Kabupaten Bantul ambrol akibat guncangan gempa Mag 6,4 pada Jumat (30/06/2023) malam yang berpusat di Barat Daya Bantul. (Foto Dokumentasi BPBD Sleman).KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Atap dapur warga di Sendangsari Kapanewon Minggir, Kabupaten Bantul ambrol akibat guncangan gempa Mag 6,4 pada Jumat (30/06/2023) malam yang berpusat di Barat Daya Bantul. (Foto Dokumentasi BPBD Sleman).

Mengacu pada sejarah, zona megathrust di Yogyakarta sudah memicu gempa bumi sebanyak 12 kali sejak 1800.

"Yang terakhir pada 30 September 2009 berkekuatan 7,6 di Padang, Sumbar," kata Daryono.

Berkaca pada gempa Bantul pada Jumat (30/6/2023), Daryono mengingatkan bahwa zona subduksi di selatan Jawa masih aktif.

BMKG mencatat, di selatan Jawa, gempa juga pernah diikuti dengan tsunami yang terjadi sebanyak 8 kali, yakni pada 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994, dan 2006 di Banyuwangi dan Pangandaran.

"Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya," ungkap Daryono.

Baca juga: Mengenal Mekanisme Peringatan Dini Tsunami dan Cara Evakuasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com