"Sewaktu akan parkir saya baru sadar kalau sambutan dari masyarakat Bali sangat meriah. Di situ saya merasa terharu dan bangga jadi orang Indonesia," ungkapnya.
Baca juga: Intip Mewahnya Kabin Pesawat A380 Emirates yang Mendarat Perdana di Bali
Kardibaldi menerangkan, mendaratkan A380 di Bali memiliki tantangan tersendiri karena ukuran pesawat yang jumbo.
Tantangan tersebut terletak pada ukuran pesawat yang cukup besar dan sayap yang ekstra lebar.
Belum lagi, lebar landasan di Bandara I Gusti Ngurah Rai hanya 45 meter, sedangkan limitasi pesawat A380 minimum lebar landasan harus 45 meter.
"Sehingga kita harus akurat dan mendarat tepat di bagian tengah atau center line, kalau panjangnya tidak ada masalah," ujarnya.
Baca juga: Bali Jadi Tujuan Pertama Penerbangan Emirates A380 di Indonesia
Kardibaldi mulai terbang sejak 1993 ketika ia mendapatkan beasiswa dari Merpati Nusantara Airlines.
Pada tahun 2006, ia memutuskan untuk mendaftar secara online ke Emirates dan menjalani proses rekrutmen selama 4 hari.
Ada beberapa tes yang harus ia ikuti, seperti knowledge, simulator, diskusi panel, wawancara, psikotes, dan kesehatan.
Terkait kompetensi khusus yang harus dimiliki pilot A380, Kardibaldi mengatakan bahwa juru mudi dari pesawat ini harus melalui proses training yang cukup berat di Emirates.
"Dalam merekrut pilot dari luar juga sudah melewati proses assessment yg berat dan harus punya pengalaman sebelumnya (preferably terbang Airbus)," kata Kardibaldi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.