Habibie mengatakan, melakukan gerakan yang disarankan warganet untuk mengatasi serangan jantung maupun gagal jantung justru merugikan orang yang mengalaminya.
Berikut penjelasannya.
Kerugian pertama adalah melakukan gerakan seperti itu menyebabkan penderita jantung kehilangan waktu "golden period" untuk segera ke RS.
Selain itu, melakukan gerakan yang belum dipastikan keberannya menbuat penderita jantung melewatkan tindakan awal untuk penyelamatan jiwa.
"Semakin banyak waktu terbuang semakin jelek pula luaran klinis pasien," imbuh Habibie.
Baca juga: Studi: Anak Muda Pengidap Gangguan Mental Berpotensi Tinggi Kena Serangan Jantung atau Stroke
Habibie juga menjelaskan, pergerakan otot yang repetitif akan cenderung menyebabkan jantung harus memompa darah lebih cepat untuk mencukupi kebutuhan oksigen otot lengan.
Jika dilakukan, gerakan semacam itu membahayakan jantung yang sedang terkena serangan.
Pasalnya, gerakan akan mengakibatkan kekurangan oksigen yang semakin parah pada otot jantung.
"Hingga dapat mencetuskan gangguan irama yang mematikan," jelas Habibie.
Ketimbang melakukan gerakan tangan seperti yang beredar di media sosial, Habibie meminta siapapun yang merasakan gejala jantung tidak sehat untuk segera pergi ke UGD.
"Segera bawa pasien menuju unit gawat darurat untuk menurunkan risiko perburukan yang mungkin dapat terjadi," jelasnya.
Baca juga: Gejala Serangan Jantung pada Wanita, Awas Lebih Mematikan daripada Pria
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.