M.C. Ricklefs dalam bukunya "Sejarah Indonesia Modern" mengemukakan fakta-fakta sejarah budaya literasi masyarakat Indonesia pada abad ke 14.
Rickflefs mencatat bahwa dalam suatu pelayaran pada 1413-1415, seorang muslim China, Ma Huan, mengunjungi daerah pesisir Jawa. Ia melaporkan dalam bukunya yang berjudul Ying-yai Sheng-lan (Peninjauan Umum tentang pantai-pantai Samudra ) diterbitkan tahun 1451.
Kemudian pada awal abad ke XVI Tome Pires, seorang ahli obat-obaan dari Lisbon yang menghabiskan waktunya di Malaka dari 1512 hingga 1515.
Pada waktu itu, dia mengunjungi Jawa dan Sumatera, dan dengan sangat giat mengumpulkan informasi dari orang-orang lain mengenai seluruh daerah Malaya-Indonesia.
Bukunya yang berjudul Suma Oriental menunjukkan dirinya sebagi pengamat yang tajam, yang deskripsi-deskripsinya melebihi para penulis Portugis lainnya.
Sebagai sejarah literasi kita mencatat karya yang cukup terkenal dengan judul Hikayat Raja-Raja Pasai. Naskah ini berbahasa Melayu yang disalin di Demak pada 1814. Buku ini berisi legenda yang menceritakan bagaimana Islam masuk ke Samudera Pasai.
Sejarah Melayu, merupakan naskah berbahasa Melayu lainnya yang dikenal dalam beberapa versi bertahun 1612. Berisi kisah tentang masuk Islamnya Raja Malaka.
Terdapat sekurang-kurangnya 29 versi, tetapi versi yang paling masyhur adalah versi Shellabear.
Menurut naskah Shellabear, Yang Dipertuan Raja di Hilir Sultan Abdullah Mu'ayat Syah Ibni'l Sultan Abdul Jalil Syah telah mengutus Seri Nara Wangsa Tun Bambang untuk memerintahkan Bendahara Paduka Raja Tun Muhammad Mahmud (Tun Seri Lanang) pada hari Kamis, 12 Rabiul Awal 1021 bersamaan 13 Mei 1612 agar menyunting salinan Sejarah Melayu yang dibawa oleh Orang Kaya Sogoh dari Goa/Gowa.
Ketika itu Sultan Johor Lama, Sultan Alauddin Riayat Syah ibni Sultan Abdul Jalil Syah telah ditahan di Istana Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda.
Sejarah Melayu (Sulalatul Salatin) bergaya penulisan seperti babad, di sana-sini terdapat penggambaran hiperbolik untuk membesarkan raja dan keluarganya.
Namun demikian, naskah ini dianggap penting karena ia menggambarkan adat-istiadat kerajaan, silsilah raja dan sejarah kerajaan Melayu.
Bersambung, baca artikel selanjutnya: Leluhur Bangsa Indonesia Berbudaya Lisan: Fakta atau Mitos? (Bagian II - Habis)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.