Co-founder lembaga Komunikotavisual ini juga menyoroti desain yang digunakan dalam poster ucapan selamat tersebut.
"Dari aspek estetika visualnya, poster dibuat dengan seadanya tanpa melihat unsur-unsur yang ada di sebuah poster, seperti layout, tipografi, ilustrasi, dan aspek lainnya," jelasnya.
Selain itu, pemilihan tulisan di bagian headline dan subheadline juga belum tertata sesuai kebutuhan dan tujuan poster tersebut.
Ia menyatakan bahwa kebanyakan tulisan di poster masih bersifat personal dan untuk kampanye politikus atau lembaga dan partai politik yang diusungnya.
"Banyak ilustrasi poster berupa foto pejabat atau anggota partai politik yang kurang serasi dengan tema ucapan tersebut," lanjutnya.
Baca juga: Beredar Poster Konser Lesti-Billar Bersemi Kembali, Indosiar: Tidak Benar!
Basnendar mencontohkan, di kebanyakan foto poster, politikus terlihat memasang pose atau gestur formal. Ada juga yang memakai jas dan berpeci seoal-olah poster untuk kampanye.
Padahal, fotonya dipakai untuk poster ucapan selamat kepada atlet. Namun, posisi politikus dalam foto tersebut seakan bukan dalam rangka mendukung raihan prestasi atlet.
"Atau ada yang tampilan pejabat atau tokoh tersebut ditampilkan cenderung dominan dan lebih besar proporsinya dibanding dengan foto atletnya," tambahnya.
Basnendar menyarankan agar pembuat poster serupa memperhatikan beberapa prinsip desain, yaitu:
"Poster dibuat tidak hanya sekedar aji mumpung dan hanya mendompleng popularitas semata," pungkasnya.
Baca juga: Viral Poster soal Jam Piket Organ Tubuh, Benarkah? Ini Kata Dokter
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.