Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teka-teki Kematian Akseyna, Kasus Pembunuhan yang Terbengkalai Selama 8 Tahun

Kompas.com - 02/04/2023, 16:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - 26 Maret 2015, pemuda bernama Akseyna Ahad Dori (19) ditemukan tak bernyawa di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Kala itu, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI ini diduga bunuh diri. Namun, pihak kepolisian yang menyelidiki mengatakan bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan.

Kini, delapan tahun berlalu, tindak pidana yang menewaskan Akseyna belum juga terungkap, dan masih menyisakan kejanggalan.

Terbengkalainya kasus kematian ini membuat Badan Eksekutif Mahasiswa UI menyayangkan sikap Rektor Ari Kuncoro.

"Yang betul-betul kami sayangkan adalah pimpinan kampus UI yang tidak mau buka suara sedikit pun terkait kasus Akseyna," kata Ketua BEM UI Melki Sadek Huang, dikutip dari Kompas.com (1/4/2023).

Baca juga: Beda Versi Kronologi Mahasiswa UI yang Tewas Ditabrak


Kronologi penemuan jasad Akseyna

Penemuan jasad Akseyna terjadi pada Kamis (26/3/2015) pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.

Saat itu, seorang mahasiswa UI bernama Roni membuat kegaduhan karena melihat jasad mengambang di Danau Kenanga.

Begitu ditemukan, jenazah yang kala itu masih belum diketahui identitasnya mengenakan ransel berisi sejumlah batu.

Butuh sekitar empat hari bagi pihak kepolisian untuk mengidentifikasi jasad yang sudah rusak tersebut sebagai Akseyna.

Hal itu terungkap setelah orangtua Akseyna yang tinggal di Yogyakarta datang ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk mengidentifikasi jenazah pada Senin (30/3/2015).

Kasat Reskrim Polresta Depok saat itu, Kompol Agus Salim mengatakan, orangtua korban dapat mengenali sosok Akseyna berdasarkan bentuk hidung.

Selain itu, pakaian dan sepatu pemberian orangtua yang dikenakan almarhum turut memperkuat keyakinan pihak keluarga.

Menurut Agus, kedatangan pihak keluarga ke Rumah Sakit Polri untuk mencari tahu keberadaan Akseyna yang putus kontak selama beberapa hari terakhir.

Saat mendengar kabar penemuan jasad di Danau Kenanga UI, keluarga pun langsung menghubungi pihak UI serta Polsek Beji dan Polresta Depok.

Baca juga: 8 Tahun Misteri Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Sayangkan Pihak Kampus yang Tutup Mulut

Dugaan bunuh diri lantaran surat wasiat

Setelah memastikan identitas, seperti dikutip Kompas.com (26/3/2021), polisi menduga Akseyna melakukan bunuh diri. Dugaan ini muncul lantaran kepolisian menemukan surat wasiat yang tertempel di dinding kosnya.

"Dugaan sementara bunuh diri. Kita menemukan semacam surat wasiat korban," jelas Agus.

Surat yang dimaksud merupakan tulisan tangan dalam bahasa Inggris yang menyiratkan pesan terakhir korban.

Adapun isi surat tersebut, yakni:

"Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything."

Dilansir dari Kompas.com (26/3/2021), terdapat tiga coretan perubahan pada pesan pendek yang diduga ditulis oleh Akseyna.

Pertama, kata "never" yang diubah menjadi "not". Kedua, kata "ever" diubah menjadi "eternity", serta kata terakhir yang diubah adalah "me" menjadi "existence".

Di akhir surat, penulis turut membubuhkan tanda tangan yang diduga merupakan tanda tangan Akseyna.

"Tulisannya pakai bahasa Inggris. Intinya, korban enggak mau dicari dan (meminta) permohonan maaf," ujar Agus.

Surat tersebut sempat diperiksa oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), dan hasilnya identik dengan tulisan Akseyna.

Baca juga: Teka-teki Sosok Artis R yang Terseret Kasus Pencucian Uang Rafael Alun, Siapa Dia?

Berubah menjadi dugaan korban pembunuhan

Semakin dalam penyelidikan, pihak kepolisian semakin kurang yakin Akseyna bunuh diri.

Sebaliknya, polisi menyatakan bahwa Akseyna adalah korban pembunuhan berdasarkan keterangan para saksi, bukti-bukti, dan hasil visum.

Misalnya, keterangan saksi yang melihat Akseyna masih mengikuti kuliah terakhir pada Senin (23/3/2015), sebelum ia diklaim tidak pulang ke kos.

Contoh lain adalah tulisan tangan pada surat yang sempat disebut pesan terakhir korban.

Menurut keterangan saksi ahli grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation, Deborah Dewi, tulisan tangan pada surat itu bukan tulisan tangan Akseyna.

"Yang bisa diketahui adalah korban meninggal diduga bukan karena bunuh diri," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti, Kamis (28/5/2015).

Hal lain yang memperkuat dugaan adalah hasil visum yang menyimpulkan bahwa Akseyna diduga tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke danau.

Sebab, pada paru-paru Akseyna, terdapat air dan pasir. Kondisi ini tidak akan ditemukan apabila korban sudah tidak bisa bernapas.

Kemudian, robekan di bagian tumit sepatu Akseyna yang menandakan korban diseret juga memperkuat dugaan pembunuhan.

Bukan hanya itu, hasil visum turut memperlihatkan adanya luka-luka tidak wajar pada wajah Akseyna.

"Luka fisik di wajah yang bersangkutan. Kalau bunuh diri harusnya mulus," ucap Krishna.

"Danaunya dangkal, kalau dia bunuh diri kenapa tidak nyemplung di laut. Menenggelamkan diri itu proses bunuh diri yang sangat lambat. Kalau mau bunuh diri, kenapa tidak loncat saja dari atap gedung," sambungnya.

Baca juga: Mengapa Banyak Kasus Penembakan Massal di Amerika Serikat?

Ayah korban merasakan kejanggalan

Di sisi lain, ayah korban, Kolonel (Sus) Mardoto juga mencurigai kejanggalan-kejanggalan terkait kematian sang anak.

Mulai dari bongkahan batu yang ditemukan di tas korban, luka memar di sejumlah bagian tubuh, hingga secarik kertas yang diduga sebagai surat wasiat dari korban.

Mardoto pun menyangsikan kebenaran surat wasiat tersebut. Dirinya tak yakin, sang putra akan menulis pesan kematian dengan bahasa Inggris.

"Kalau bunuh diri tidaklah perlu melakukan cara serumit itu (menulis surat wasiat)," ujar Mardoto.

Baca juga: Kronologi Mahasiswa UNS Tewas Usai Jatuh ke Dasar Gua Braholo, Gunungkidul

Disebut terlalu rumit hingga "terbengkalai"

Setelah meyakini kasus kematian Akseyna sebagai kasus pembunuhan, pihak kepolisian kembali memeriksa ulang keluarga, teman, dan saksi-saksi lain.

Akan tetapi, polisi menemui banyak kesulitan untuk mengungkapkan kasus ini. Menurut Krishna, pengungkapan kematian Akseyna cukup sulit karena kondisi lokasi sudah rusak dimasuki orang yang tidak berkepentingan.

Pada 2016, Kasat Reskrim Polresta Depok yang dulu dijabat Komisaris Teguh Nugroho mengungkap sulitnya menetapkan tersangka dalam kasus ini.

Kala itu, Teguh yang saat kematian Akseyna pada Maret belum menjabat sebagai Kasat Reskrim mengatakan, jeda waktu dalam pengungkapan identitas dan olah TKP menjadi kunci sulitnya mengungkap kejahatan itu.

"Ada jeda waktu empat hari dari penemuan mayat sampai ketahuan identitasnya. Itu memberi ruang bagi pelaku untuk menghilangkan barang bukti," kata Teguh.

Penyelidikan kasus kematian Akseyna pun kembali dibuka pada 2020. Hal itu diungkapkan oleh Mardoto pada Februari 2020.

"Minggu kemarin olah TKP baru, membuka kembali. Dari pihak keluarga tentunya merasa bersyukur, kalau ini tetap dibuka dan diselidiki," ujar Mardoto.

Namun, progres nyata kasus dugaan pembunuhan ini termasuk tersangka masih belum terlihat.

Adapun hingga detik ini, misteri kematian Akseyna setidaknya hanya diketahui oleh sang pelaku itu sendiri.

(Sumber: Kompas.com/M Chaerul Halim | Editor: Icha Rastika, Theresia Ruth Simanjuntak, Rindi Nuris Velarosdela)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com