Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Piala Dunia U20 dan Pemahaman Konstitusi secara Dangkal...

Kompas.com - 01/04/2023, 12:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Langkah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang secara tiba-tiba menolak kehadiran Israel dalam Piala Dunia U20 menuai sorotan.

Pasalnya, penolakan Israel tersebut berujung pada pencopotan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2023 yang akan berlangsung kurang dari dua bulan.

Bukan hanya status tuan rumah, mimpi para punggawa timnas Indonesia untuk berlaga di turnamen tertinggi sepak bola pun seketika sirna.

Bagi PDI-P, penolakan keikutsertaan Israel di Piala Dunia U20 ini merupakan amanat konstitusi yang harus tetap dipegang.

Meski berlandaskan konstitusi, tetapi penolakan itu melukai hati para pemain dan pencinta sepak bola Indonesia. Apalagi, persiapan Piala Dunia U20 sudah menghabiskan anggaran besar.

Baca juga: Antiklimaks Euforia Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia...

Membaca konstitusi yang tidak sederhana

Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Wahyudi mengatakan, konstitusi secara tegas menolak adanya penjajahan dan mendukung kemerdekaan yang menjadi hak segala bangsa.

Namun, 'merdeka' atau 'kemerdekaan' memiliki pengertian yang tak bisa disederhanakan.

Begitu halnya dengan praktik dan pengertian penjajahan, termasuk gagasan tentang struktur kolonial yang sulit untuk disederhanakan.

Baca juga: Saling Lempar Kesalahan atas Batalnya Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20...


Agus menilai, menyederhanakan dua terminologi itu justru berpotensi menjerumuskan pada kesalahan langkah yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

"Sebab, dalam praktik penjajahan dan hakikat struktur kolonial yang harus dihapus itu, tidak mungkin dilihat sebagai sesuatu yang pasti (fixed) dan menetap (given), terutama terkait dengan para pelaku atau aktor yang terlibat," kata Agus kepada Kompas.com, Jumat (31/3/2023).

Ia menjelaskan, realitas ontologi politik menunjukkan, pihak yang dijajah dalam prosesnya bisa berubah wajah menjadi penjajah. Begitu pun sebaliknya.

Dalam konteks Palestina-Israel, Agus menyebut ontologi politik membawa pada suatu keadaan yang rumit, sehingga kategori biner tak pernah memadai untuk membaca realitas.

"Tidak bisa lagi digunakan hanya dua kata sederhana yang saling berlawanan antara baik dan buruk, salah dan benar, mulia dan jahat untuk melabel salah satu atau keduanya," jelas dia.

Baca juga: Ancaman Sanksi FIFA dan Kegagalan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20...

Pemahaman konstitusi yang kasar

Timnas U-20 Israel.INSTAGRAM @isr.fa via ABC INDONESIA Timnas U-20 Israel.

Bagi Agus, penolakan PDI-P atas kehadiran Israel dan Piala Dunia U20 dengan alasan menegakkan konstitusi, justru mencerminkan cara berpikir yang mengacaukan realitas ontologi politik yang kompleks, terutama hubungan berbeda antara politik dan olahraga.

Lebih dari itu, langkah tersebut juga menunjukkan pemahaman yang terlalu kasar pada semangat dan mandat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Menurutnya, olahraga bertujuan untuk mempererat hubungan antarbangsa.

Baca juga: Profil dan Kekayaan Salt Bae, Celebrity Chef yang Dikecam gara-gara Cium Trofi Piala Dunia

Dengan demikian, selalu ada keharusan moral untuk memisahkan hak dan kesejahteraan para individu manusia dalam membuktikan prestasi dan pencapaiannya dari kepentingan politik negara-bangsa.

"Langkah penolakan PDI-P itu berpotensi menyalahpahami tujuan konstitusi untuk menghapuskan penjajahan di atas dunia," ujarnya.

"Karena memberi makna yang sangat "binary" pada semangat konstitusi yang tak pernah biner dalam semangatnya," sambungnya.

Agus juga mengingatkan, ada mandat lain dalam konstitusi yang bisa menjadi bahan pertimbangan di samping kewajiban negara untuk menciptakan ketertiban dunia, yakni 'perikemanusiaan' dan 'perikeadilan'.

Baca juga: Kata Media Asing soal Pencoretan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Menolak bentuk penafsiran dangkal

Tiga pemain timnas U20 Indonesia mengenakan ban hitam sebagai ungkapan kekecewaan setelah Piala Dunia U20 2023 batal bergulir di Indonesia.Dok. PSSI Tiga pemain timnas U20 Indonesia mengenakan ban hitam sebagai ungkapan kekecewaan setelah Piala Dunia U20 2023 batal bergulir di Indonesia.

Ia menyatakan, semua bentuk kata dalam konstitusi Indonesia sarat dengan makna.

Karena itu, semua orang harus menolak bentuk penafsiran yang dangkal dan sederhana, ketika ada pihak yang berusaha menghubungkannya dengan realitas politik.

Agus menegaskan, para pelaku olahraga seharusnya tidak dianggap sebagai representasi politik yang juga mewakili kategori moral baik dan jahat.

"Benar bahwa dalam politik apa pun mungkin bisa terjadi, namun menjadi jelas sebelum berpolitik adalah penting jika kita ingin mewujudkan tujuan politik sesuai dengan konstitusi kita," kata dia.

"Konstitusi tidak akan memberikan bantuan yang bermanfaat pada kita sebagai generasi baru yang menjalani hidup di alam kemerdekaan, jika cara berpikir mengalami pendangkalan," tutupnya.

Baca juga: Daftar Lengkap Juara Piala Dunia dari Masa ke Masa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com