Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Alasan Orang Jepang Enggan Beli Sepeda Motor

Kompas.com - 11/03/2023, 10:45 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sepeda motor menjadi salah satu kendaraan yang banyak dijumpai di Indonesia. Hampir separuh penduduk Indonesia memiliki sepeda motor untuk keperluan aktivitas sehari-hari. 

Dikutip dari Kompas.com (10/3/2023), ada 128.410.564 sepeda motor yang beredar di jalanan menurut laporan Kakorlantas Polri per 8 Maret 2023.

Jumlah tersebut hampir 50 persen jika dibandingkan penduduk Indonesia yang berjumlah 273,8 juta menurut laporan Bank Dunia 2021. 

Baca juga: Jadi Negara Produsen Motor, Kenapa Orang Jepang Jarang Punya Motor?

Hanya 8 persen warga Jepang yang punya sepeda motor

Kondisi tersebut berbeda dengan yang terjadi di Jepang. Meskipun dikenal sebagai negara asal pabrikan sepeda motor dunia seperti Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki, jumlah motor di Jepang sangat sedikit. 

Menurut Statista, jumlah sepeda motor yang beredar di Jepang per Maret 2021 hanya 10,29 juta unit.

Jumlah tersebut sekitar 8 persen jika dibandingkan dengan penduduk Jepang yang mencapai 125,7 juta pada tahun 2021 menurut laporan Bank Dunia. 

Lantas, kenapa orang Jepang enggan membeli sepeda motor?

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Wawan Supriyanto (@kanankiriwow)

Alasan orang Jepang enggan beli sepeda motor

Di Jepang jarang ada warga yang memiliki sepeda motor karena sejumlah alasan. Abby Chung/pexels Di Jepang jarang ada warga yang memiliki sepeda motor karena sejumlah alasan.

Dosen Prodi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya Malang, Ni Made Savitri, menyebutkan beberapa alasan kenapa jarang ada sepeda motor di Jepang. 

1. Sepeda motor berbahaya dikendarai saat musim dingin

Jepang adalah salah satu negara yang mengalami empat musim, termasuk musim dingin atau salju. 

Nah, salah satu alasan tak banyak sepeda motor di Jepang karena mengendarai sepeda motor saat musim salju bisa sangat berbahaya. 

Made mengatakan, jalan yang sudah membeku karena salju akan terasa licin ketika dilintasi roda motor dan bisa menyebabkan penggunanya jatuh atau tergelincir.

"Jalanan di Jepang membeku dan banyak black ice, di mana ini kondisi jalanan yang membeku. Tapi (black ice) tidak terlihat ada lapisan esnya dan ini sangat membahayakan orang yang melewatinya," kata Made kepada Kompas.com, Rabu (8/3/2023).

Made yang pernah tinggal di Jepang juga menyampaikan, motor biasanya hanya digunakan untuk pengiriman paket, surat, atau ekspedisi.

Selain itu, orang Jepang mengendarai sepeda motor hanya untuk hobi, dan bukan untuk aktivitas sehari-hari.

2. Sepeda motor dinilai identik dengan aksi kriminal

Alasan lainnya tidak banyak sepeda motor di Jepang adalah karena sepeda motor dinilai identik dengan aksi kriminalitas.

Menurut Made, pandangan masyarakat jepang terhadap sepeda motor tidak begitu positif.

Hal itu mengingat pada tahun 1970 hingga 1980-an marak muncul geng motor yang kerap menimbulkan kerusuhan karena tawuran atau perkelahian antargeng. 

Negara Jepang lalu menggelar kampanye yang membatasi pelajar SMA memiliki dan mengendarai sepeda motor. 

Selain itu, sepeda motor oleh sebagian masyarakat Jepang sempat diasosiasikan sebagai tindakan kriminal bahkan dikaitkan dengan Yakuza, sindikat mafia asal Jepang.

"Nampaknya aturan tadi digalakkan untuk mencegah dan menekan geng motor di Jepang. Yang mana kalau dilihat saat ini sepertinya sudah tidak ada geng semacam itu," ujar Made.

3. Transportasi umum di Jepang lebih nyaman

Ilustrasi Jepang - Tokyo Tower.SHUTTERSTOCK Ilustrasi Jepang - Tokyo Tower.

Alasan lain warga Jepang enggan memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor adalah karena transportasi umum di negara tersebut sudah nyaman dan tertata. 

Made menyebutkan, transportasi umum yang aman dan nyaman tersebut membuat warga Jepang merasa tidak perlu memiliki kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor.

"Faktor ini juga yang menyebabkan sedikitnya orang Jepang yang menggunakan sepeda motor. Sekalipun perusahaan otomotif dari Jepang bisa dibilang sebagai produsen motor terbesar di dunia," jelasnya.

Dibandingkan sepeda motor, menurut Made, masyarakat Jepang lebih memilih menggunakan mobil atau sepeda kayuh untuk menjadi kendaraan yang digunakan sehari-hari.

Bahkan Made mengaku tidak pernah melihat tempat parkir untuk motor selama berada di Jepang.

"Untuk sepeda motor sangat jarang dan di berbagai tempat umum sangat jarang sekali," ungkapnya.

Baca juga: Jadi Negara Produsen Motor, Kenapa Orang Jepang Jarang Punya Motor?

 

4. Kampanye "Sannaiundo"

Shibuya, Tokyo, Jepang. Jepang merupakan salah satu destinasi populer di kalangan warga China.UNPSLASH/JEZAEL MELGOZA Shibuya, Tokyo, Jepang. Jepang merupakan salah satu destinasi populer di kalangan warga China.

Alasan jarang warga Jepang yang memiliki sepeda motor juga karena adanya kampanye Sannaiundo. 

Tour guide yang saat ini menetap di Jepang, Yuki menjelaskan, pada tahun 1970-1990 di Jepang pernah digelar kampanye bernama "Sannaiundo" yang ditujukan kepada pelajar SMA.

Kampanye tersebut berisi ajakan untuk tidak membiarkan pelajar SMA mendapatkan SIM motor, kecuali dengan standar keselamatan yang tinggi.

Kampanye Sannaiundo juga tidak membiarkan pelajar SMA untuk membeli motor dan karena faktor inilah harga motor di Jepang dinilai menjadi sangat mahal.

"Yang ketiga, jangan biarkan mereka (pelajar SMA) mengemudi motor sebelum punya SIM. Karena denda yang diberlakukan sangat mahal," katanya kepada Kompas.com, Jumat (10/3/2023).

Baca juga: Bengkel Konversi Motor Listrik yang Dapat Insentif Harus Bersertifikat

5. Harga motor di Jepang mahal

Alasan lain warga Jepang enggan membeli sepeda motor, salah satunya karena harga sepeda motor yang dinilai mahal untuk ukuran warga Jepang jika dibandingkan menggunakan fasiltas transportasi umum. 

Yuki menyampaikan, harga sepeda motor di Jepang untuk motor matic dengan kapasitas mesin 125cc bisa mencapai Rp 20 jutaan.

"Di Jepang harga sepeda motor matic bisa mencapai 190.000-250.000 Yen atau Rp 21-28 juta dengan kurs 1 Yen Rp 112," jelasnya.

Yuki juga menerangkan, biaya membuat SIM di Jepang tidak murah, selain juga proses pembuatannya yang lebih sulit. Disebutkan, biaya pembuatan SIM di Jepang dapat mencapai 100.000 Yen atau setara Rp 11 jutaan.

"(Orang Jepang) mesti belajar ke sekolah motor," kata Yuki.

Baca juga: Airlangga Pastikan Insentif EV Mengalir ke Motor Listrik Dahulu

6. Pajak dan perawatan sepeda motor 

Warga Jepang dinilai enggan memiliki sepeda motor karena pajak kendaraan roda dua di negara tersebut juga dinilai tak sedikit. 

Yuki mengatakan, sepeda motor dengan kapasitas mesin lebih dari 125-250cc, dikenakan pajak sebesar 3.600 Yen atau lebih dari Rp 400.000

Pemberlakuan pajak itu berdasar penggolongan bahwa motor termasuk kendaraan ringan sehingga dikenakan pajak kendaraan ringan.

"Juga, pajak berat adalah 4.900 Yen hanya untuk mobil baru, tetapi karena ini baru pertama kali, kali ini tidak termasuk dalam biaya perawatan tahunan," jelas Yuki.

Di sisi lain, pengendara motor di Jepang juga dibebani biaya bensin yang dihitung 1 liter per 40 kilometer.

Bila dirinci lebih detail, biaya kepemilikan dan pengguna secara kasar dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni pajak kendaraan ringam, asuransi kewajiban mobil, biaya bensin, biaya perawatan termasuk ganti oli, dan premi asuransi sukarela.

Berikut gambaran biaya perawatan motor di Jepang:

  • Pajak kendaraan ringan (125-250cc): 3.600 Yen (Rp 400.000)
  • Pajak berat: 0
  • Biaya pemeriksaan kendaraan: 0
  • Biaya parkir: 4.000 Yen (Rp 459.365)
  • Biaya bensin: 40.000 Yen (Rp 4,5 juta)
  • Biaya konsumsi: 30.000 Yen (Rp 3,4 juta).
  • Asuransi: 3.224 Yen (Rp 370.248).

Bila ditotal, biaya perawatan sepeda motor di Jepang mencapai 81.000 Yen atau setara Rp 9,3 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com