Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiba-tiba Muncul Pulau Baru di Polewali Mandar, Ini Penjelasan BRIN

Kompas.com - 06/03/2023, 11:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah pulau baru dilaporkan muncul di tengah perairan wilayah Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

Diberitakan Kompas.com pada Kamis (2/3/2023), pulau tersebut sebenarnya sudah terbentuk sejak beberapa waktu yang lalu.

Namun warga sekitar baru mengetahuinya pada akhir tahun 2022 ketika banjir rob dan cuaca ekstrem melanda Indonesia.

Baca juga: Fenomena Munculnya Pulau Baru di Tengah Laut Hebohkan Warga Polewali Mandar

Bikin warga penasaran

Kemunculan pulau baru di perairan Polewali Mandar lantas memancing rasa penasaran warga. Mereka kemudian mendatangi lokasi untuk memastikan pulau baru di wilayahnya benar-benar ada.

"Mulanya ini ditemukan nelayan dan sekarang jadi heboh karena muncul di tengah laut," kata aktivis lingkungan yang juga Ketua Sahabat Penyu, Muhammad Yusri.

Menurut laporan, pulau baru di perairan Polewali Mandar berukuran 20x30 meter persegi dan tidak ditemukan tumbuhan yang hidup di sana.

Pulau tersebut dapat ditempuh dari Polewali Mandar selama 40 menit menggunakan perahu tradisional dengan jarak 16 kilometer dari daratan.

Lantas, bagaimana bisa sebuah pulau terbentuk di perairan seperti di Polewali Mandar?

Baca juga: Mengenal Pulau Lusi, Pulau Baru Hasil Endapan Lumpur Lapindo

Penjelasan BRIN

Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir
Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widodo Setiyo Pranowo, angkat bicara soal kemunculan pulau baru di perairan Polewali Mandar.

Ia menjelaskan bahwa pulau baru dapat terbentuk karena beberapa faktor, salah satunya tumbukan antara lempeng samudera dengan lempeng benua.

Tumbukan antarkedua lempeng dapat mengakibatkan munculnya deretan pulau-pulau kecil di sepanjang zona subduksi (tumbukan).

"Proses terbentuknya pulau ini adalah ratusan juta tahun. Contoh yang bisa kita saksikan bersama adalah deretan pulau-pulau kecil di Kepulauan Mentawai, di barat Sumatera," jelas Widodo kepada Kompas.com, Minggu (5/3/2023).

"Kepulauan Mentawai muncul karena subduksi antara lantai Samudera Hindia yang menunjam ke bawah Pulau Sumatera," tambahnya.

 

Aktivitas vulkanologi

Di sisi lain, pulau baru dapat terbentuk karena aktivitas vulkanologi yang berkoordinat geografis di dasar laut dan bisa memakan waktu hingga puluhan tahun.

Terbentuknya pulau karena aktivitas vulkanologi dapat dilihat dari Pulau Rakata, Pulau Sertung, Pulau Krakatau Kecil, dan Pulau Anak Krakatau.

Keempat pulau tersebut adalah sisa bagian kaldera dari Gunung Api Krakatau yang meletus pada tahun 1833.

Adapun, kaldera adalah lubang berukuran besar yang ukurannya melebihi 2 kilometer dan dapat terbentuk tidak lama setelah pengosongan ruang dapur magma pada erupsi eksplosif gunung berapi menurut penjelasan Magma ESDM.

Widodo menjelaskan, Pulau Anak Krakatau aktif terus tumbuh hingga sekarang karena setiap ada erupsi, material dikeluarkan di sekitar kaldera.

"Sehingga pulau semakin tumbuh, bertambah tinggi, dan meluas," ujarnya.

Akumulasi lumpur delta

Tak hanya itu, faktor lain yang mengakibatkan kemunculan pulau baru adalah akumulasi dan kompaksi lumpur di area delta yang berada di depan muara sungai.

Lumpur kemudian diangkut oleh debit sungai dari sumbernya menuju ke arah hilir.

Widodo menyampaikan, proses terbentuknya pulau seperti itu bisa memakan waktu kurang dari 10 tahun tergantung dari kontinuitas sumber lumpur penyusun pulau.

"Contoh yang paling mudah disaksikan adalah Pulau Lusi yang terbentuk dari lumpur Sidoarjo di depan Muara Sungai Porong," imbuhnya.

Baca juga: Pulau Baru di Tanimbar Jadi Spot Wisata, BPBD: Harusnya Jangan Dikunjungi Dulu

Kawasan segitiga antara Ibukota Polewali, Pulau Battoa dan Ujung Mampie (Semenanjung Mampie). Tampak hamparan dangkalan (gosong/gusung) yang tersusun dari pulau karang, terumbu karang, substrat pasir putih, dan kemungkinan ada hamparan lamun (seagrass). (Sumber: Kompilasi Google Earth ? Akuisisi Oktober 2022).BRIN/ Widodo Setiyo Pranowo Kawasan segitiga antara Ibukota Polewali, Pulau Battoa dan Ujung Mampie (Semenanjung Mampie). Tampak hamparan dangkalan (gosong/gusung) yang tersusun dari pulau karang, terumbu karang, substrat pasir putih, dan kemungkinan ada hamparan lamun (seagrass). (Sumber: Kompilasi Google Earth ? Akuisisi Oktober 2022).

Faktor pembentuk pulau lainnya

Lebih lanjut, Widodo menerangkan bahwa pulau baru muncul karena akumulasi pasir dan serpihan atau bongkahan karang yang terakumulasi pada suatu koordinat lokasi secara perlahan namun pasti.

Akumulasi material awalnya hanya berupa dangkalan yang disebut gosong atau gusung.

Setelah itu, dangkalan bertambah tinggi dan luas sehingga tetap muncul atau menyembul di permukaan laut.

"Pulau baru tersebut akan semakin tumbuh masif apabila ada banyak sampah organik dan benih tumbuhan seperti buah atau benih mangrove atau buah atau benih kelapa yang terdampar di pulau tersebut," kata Widodo.

"Kemunculan dangkalan atau gosong, prosesnya bisa terjadi secara perlahan dalam kurun waku bulanan hingga tahunan, namun bisa kemudian diakselerasi oleh gaya hidrodinamika yang dahsyat, prosesnya hanya dalam hitungan hari," tambahnya.

Baca juga: Kawah Lumpur di Tanimbar Keluarkan Hawa Panas, Lokasinya Tak Jauh dari Pulau Baru

 

Karakter sirkulasi arus permukaan laut di Selat Makassar pada Saat Musim Angin Barat dan Musim Angin timur. Pada area poligon merah memperlihatkan, pada saat Musim Angin Barat, arus yang menuju ke wilayah perairan Polewali Mandar adalah datang dari arah barat dan barat-daya. Sedangkan pada saat Musim Angin Timur, arus yang menuju ke wilayah perairan Polewali Mandar adalah datang dari arah timur dan tenggara. BRIN/ Widodo Setiyo Pranowo Karakter sirkulasi arus permukaan laut di Selat Makassar pada Saat Musim Angin Barat dan Musim Angin timur. Pada area poligon merah memperlihatkan, pada saat Musim Angin Barat, arus yang menuju ke wilayah perairan Polewali Mandar adalah datang dari arah barat dan barat-daya. Sedangkan pada saat Musim Angin Timur, arus yang menuju ke wilayah perairan Polewali Mandar adalah datang dari arah timur dan tenggara.

Dugaan munculnya pulau baru di perairan Polewali Mandar

Widodo memperkirakan pulau baru di perairan Polewali Mandar berada di sebelah barat Pulau Battoa, Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang.

Pulau baru tersebut sejajar dengan Semenanjung Mampie di Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo di kabupaten yang sama.

Terkait pembentukan pulau baru di perairan Polewali Mandar, Widodo memperkirakan dangkalan yang disebut sebagai pulau baru di perairan Polewali Mandar terbentuk karena kekuatan hidrodinamika.

Ia menjelaskan, kekuatan hidrodinamika di wilayah tersebut berlangsung dari tahun 2020 hingga akhir 2022 atau awal 2023.

Dugaan yang disampaikan Widodo didasarkan pada fenomena La Nina moderate yang menyebabkan angin kencang pada tahun 2020 hingga awal 2023.

Angin kencang yang disebabkan oleh La Nina menimbulkan gelombang tinggi dan frekuensi signifikannya melebihi kondisi normal.

Tak hanya itu, Widodo juga menduga angin kencang karena La Nina turut menimbulkan kekuatan arus permukaan yang cukup signifikan.

"Kekuatan gelombang bisa mengikis pantai, yang kemudian hasil kikisan yang berupa pasir atau remukan karang tersebut diangkut oleh arus," jelas Widodo.

"Lalu dikumpulkan atau diakumulasi pada suatu koordinat lokasi di mana kemudian menjadi dangkalan yang viral sebagai pulau baru saat ini," jelasnya.

Baca juga: Fenomena Pulau Baru Muncul dari Dalam Laut di Tanimbar Pascagempa M 7,5, Berbahayakah? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com