Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

Kompas.com - 04/03/2023, 09:42 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kebakaran terjadi di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023) pukul 20.10 WIB.

Kebakaran tersebut diawali dengan suara ledakan yang terdengar oleh warga sekitar yang diduga ledakan itu berasal dari pipa BBM di kawasan depo. Selain itu juga tercium bau bensin yang cukup menyengat dari depo tersebut.

Selengkapnya, berikut ini fakta terkait kebakaran Depo Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara. 

1. Lokasi kebakaran dekat permukiman penduduk

Dikutip dari Kompas.com, kebakaran itu hanya berjarak 1,5 km dari permukiman warga yang padat penduduk.

Lokasi rumah warga yang terbakar berada di Jalan Tanah Merah Bawah, RT 12/09, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Bangunan di permukiman itu didominasi oleh rumah semi permanen, sehingga api dapat merembet dengan cepat.

Baca juga: Selain Depo Plumpang, Ini Daftar Kebakaran di Kilang Pertamina

2. Damkar sempat mengalami kendala saat pemadaman api

Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) mengakui sempat mengalami kendala dalam proses pemadaman api.

Kendala tersebut dialami oleh damkar karena sumber air untuk memadamkan api dinilai cukup jauh.

“Untuk kesulitan ternyata sumber air, karena untuk yang di Plumpang pun sumber air relatif jauh,” ucap Kasudin Gulkarmat Jakarta Utara Rahmat T dilansir dari Kompas.com, Jumat (3/3/2023).

“Jadi kita harus menangkai unit ke unit, itu bersambung secara relay, itu salah satu kendala awal kenapa kami agak lambat,” lanjutnya.

Akses menuju titik kebakaran yang begitu sempit sehingga juga menjadi kendala damkar.

“Termasuk yang di permukiman, akses jalannya sempit. Jadi kami membuat manuver untuk mengatur rangkaian sumber air agak kesulitan,” tutur Rahmat.

Diketahui bahwa kebakaran berhasil dipadamkan oleh damkar dan warga yang ikut membantu setelah enam jam sejak awal kebakaran.

Baca juga: Detik-detik Depo Pertamina Plumpang Terbakar, Warga Sempat Cium Bau Bensin


3. Sebanyak 17 orang meninggal dunia

Akibat kebakaran itu, sedikitnya 17 orang meninggal dunia dan 50 lainnya mengalami luka-luka. Dua di antara korban tewas adalah anak-anak dan tiga korban luka-luka adalah balita dengan kondisi yang mengkhawatirkan.

Dikutip dari Kompas.com, para korban tewas tercatat dibawa ke RS Tugu, RSCM, dan RS Polri Kramat Jati.

Sedangkan 50 korban luka kini mendapat perawatan di sejumlah rumah sakit, yakni RS UD Koja, RSUD Tugu Koja, RS Pelabuhan, dan RS Mulyasari.

Korban dengan luka bakar serius telah dirujuk ke RSCM, RSPP, dan RS Polri Kramat Jati.

Sementara itu, korban terdampak dari kebakaran itu mencapai 578 orang yang telah diungsikan ke enam titik posko pengungsian.

Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengatakan akan menanggung biaya perawatan korban kebakaran Depo Pertamina.

“Tentunya kalau semua biaya (pengobatan dan perawatan) kami tanggung, pemerintah tanggung,” ujar Heru dilansir dari Kompas.com, Jumat (3/3/2023).

Baca juga: Kronologi, Penyebab, dan Jumlah Korban Tewas Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

4. Pertamina meminta maaf

PT Pertamina (Persero) menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa terbakarnya Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023) malam. Permohonan maaf itu disampaikan pada siaran pers di Jakarta.

“Pertamina akan memberikan penanganan yang terbaik bagi masyarakat terdampak,” ujar Direktur Utama (Dirut) Pertamina, Nicke Widyawati dikutip dari Kompas.com, Sabtu (4/3/2023) pagi.

Pertamina mengungkapkan membentuk tim gabungan dengan PT Pertamina Patra Niaga, lembaga terkait dan apparat penegak hukum, untuk menginvestigasi penyabab terjadinya kebakaran tersebut.

“Kami akan melakukan evaluasi dan merefleksi menyeluruh di internal demi menghindari kejadian serupa terulang,” tutur Nicke.

Sementara itu, meskipun terjadi insiden kebakaran di Depo Plumpang, Pertamina menjamin pasokan BBM akan tetap aman.

“Pertamina memastikan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) tetap aman dengan back up supply dari terminal terdekat yaitu TBBM Tanjung Gerem, TBBM Cikampek, dan TBBM Ujung Berung,” ucap Nicke.

“Pasokan BBM juga diamankan melalui dukungan dari Kilang Cilacap dan Balongan yang disalurkan lewat laut ke TBBM Tanjung Priuk,” sambungnya.

Baca juga: Dirut Pertamina Pastikan Stok BBM Aman Imbas Depo Plumpang Terbakar

5. Depo Pertamina Plumpang pernah terbakar pada 2009

Insiden kebakaran di Depo Pertamina Plumpang pernah terjadi pada 2009. Dikutip dari Kompas.com, kebakaran di Depo Pertamina Plumpang pertama terjadi pada Minggu (18/1/2009).

Menurut keterangan polisi, kebakaran itu disebabkan oleh faktor manusia atau human error.

Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri yang saat itu menjabat, Susno Duaji mengatakan bahwa penyebab kebakaran itu berasal dari gesekan antara slot ukur dan alat pengambil sampel BBM.

Percikan api dari gesekan itu kemudian menyambar BBM dan terjadi kebakaran yang besar.

Terdapat kemungkinan bahwa alat pengambil sampel BBM terjatuh ke dalam tangka ketika dipakai atau lupa dibawa oleh petugas.

Sementara itu, alat pengambil sampel itu hanya dipegang oleh petugas khusus.

Petugas khusus melakukan pengambilan sampel BBM wajib membawa kembali perangkat setelah pekerjaan selesai.

Baca juga: Depo Pertamina Plumpang Pernah Terbakar pada 2009, Apa Penyebabnya?

(Sumber: Kompas.com/Erwina Rachmi Puspapertiwi, M Chaerul Halim, DIva Lufiana Putri, Tria Sutrisna, Yefta Christopherus Asia Sanjaya I Editor: Inten Esti Pratiwi, Irfan Maullana, Rizal Setyo Nugroho, Yoga Sukmana, Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com