KOMPAS.com - Terletak di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya, Jakarta Barat, Gereja Sion menjadi gereja tertua dan pertama di Indonesia.
Gereja tua ini ditopang 10.000 kayu dolken bulat sebagai fondasi bangunannya. Berkat fondasi itu juga, Gerja Sion masih berdiri hingga saat ini.
Bahkan, gempa bumi besar yang diakibatkan oleh letusan gunung Krakatau pada 1883 disebut-sebut tak sedikit pun meretakkan Gereja Sion.
Tahun berapa Gereja Sion dibangun?
Baca juga: Gereja Sion, Gereja Tertua di Jakarta yang Usianya Lebih dari Tiga Abad
Dikutip dari Harian Kompas, (23/12/2001), Gereja Sion dibangun pada tahun 1693 oleh arsitek Ewout Verhagen.
Ciri khas dari gereja ini adalah jendela lengkung antik setinggi tiga meter, serta pintu gerbang gereja dengan tiang antik bergaya Yunani.
Bentuk bangunan yang segi empat memiliki ruang tambahan yang juga berbentuk segi empat sebagai tempat dewan gereja berkumpul (konsistori).
Gereja ini juga menjadi tempat sejumlah nisan peninggalan zaman VOC, termasuk milik Gubernur Jenderal Hanricus Zwaardecroon yang berlapis perunggu.
Pada masa pemerintahan VOC, Gereja Sion dikenal sebagai Gereja Portugis di Luar Tembok Kota Batavia, catat Harian Kompas, 23 Desember 2017.
Desain bangunan yang bernuansa Portugis ini sengaja dibuat agar familiar bagi para mantan budak Portugis yang dibebaskan VOC dari Kesultanan Malaka.
Sebagai informasi, gereja ini sebelumnya merupakan tempat belajar agama bagi para budak Portugis selama beberapa waktu.
Tempat itu didirikan di antara kuburan para bekas budak Portugis yang ditempatkan di luar tembok Kota Batavia di kawasan yang kini dikenal sebagai Kota Tua Jakarta.
Karena semakin banyak yang belajar dan beribadah, bangunan itu tak lagi cukup menampung para budak, sehingga diputuskan untuk membangun gereja.
Sejak saat itu, Gereja Sion belum pernah berganti fungsi hingga sekarang.
Baca juga: Mengintip Mobil Pertama di Indonesia, Punya Siapa?