Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Beras Masih Tinggi, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 06/02/2023, 08:51 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Harga beras di sejumlah daerah di Indonesia diketahui masih tinggi.

Kenaikan harga beras di sejumlah daerah tersebut bervariasi.

Berdasarkan data dari Info Pangan Jakarta, Senin (6/2/2023), harga beras di Jakarta berkisar antara Rp 10.483 hingga Rp 13.588 per kg.

Dikutip dari Kompas.id, Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid mengatakan, harga beras medium di tingkat pedagang saat ini masih lebih dari Rp 10.000 per kilogram (kg).

Dari pantauan di laman PIBC, rata-rata harga beras medium di pasar itu per Rabu (4/1/2023) Rp 11.043 per kg, lebih tinggi dibandingkan rata-rata Januari 2022 yang Rp 9.786 per kg atau Januari 2021 yang tercatat Rp 9.999 per kg.

Diberitakan Kompas.com (4/2/2023), Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan kenaikan harga beras di pasaran terjadi karena beras yang dipasok Bulog ke pasar tradisional berkualitas premium.

Para perantara atau pedagang memanfaatkan keunggulan beras itu dengan menjual lebih mahal.

Baca juga: Indonesia, Negara Agraris yang Selalu Impor Beras, Mengapa?

Lalu, mengapa harga beras di Indonesia masih tinggi?


Harga beras masih tinggi diduga ulah para spekulan

Menurut pakar ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi, kenaikan harga beras ini disebabkan oleh para spekulan.

"Para spekulan itu para pemain dalam rantai bisnis distribusi dan perdagangan beras selain Bulog," ujarnya kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Acuviarta menyebutkan, para spekulan memiliki prinsip mencari keuntungan sebesar-besarnya. Mereka tidak mempertimbangkan inflasi atau daya beli masyarakat. Akibatnya, harga beras menjadi tidak terkontrol di pasaran.

Ia menambahkan bahwa tren kenaikan harga beras ini terlihat sejak akhir masa panen raya pada Maret-April 2022.

Menurutnya, harga beras yang tinggi pun tidak seimbang dengan pendapatan yang petani terima. Ada sekitar 17-18 persen perbedaan antara harga penjualan beras dari petani dengan biaya pembeliannya.

Baca juga: 10 Daerah Penghasil Padi dan Beras Tertinggi di Indonesia

Stok beras melimpah

Beras bulog.KOMPAS.com/ ELSA CATRIANA Beras bulog.

Acuviarta mengungkapkan, Indonesia sebenarnya memiliki persediaan beras yang melimpah.

Perkiraannya, ada sekitar 54,6 juta ton beras yang dihasilkan petani pada panen raya 2022. Sementara warga Indonesia hanya mengkonsumsi 31-32 juta ton beras. Artinya, Indonesia sebenarnya masih surplus atau berlebih.

Namun, Bulog malah hanya menyimpan cadangan beras sekitar 700.000 ton.

Jumlah ini sangat tidak cukup untuk menstabilkan harga beras di pasaran. Bulog seharusnya minimal memiliki cadangan beras 1,3 juta ton beras.

"Serapan beras hasil pembelian Bulog saat panen raya pertama sangat terbatas. Ini dilihat sebagai peluang para spekulan untuk menaikkan harga," jelasnya.

Baca juga: 3 Bahan Alami yang Efektif Mengusir Kutu Beras

Acuviarta juga menduga, Bulog memiliki kebijakan menyerap beras untuk bisnis, bukan hanya demi stabilisasi harga. Ini yang membuat stoknya di gudang tidak banyak.

Untuk mengatasi kekurangan stok, Bulog terpaksa mengimpor 600.000 ton beras dari luar negeri. Ia menyayangkan impor beras yang Bulog lakukan di saat Indonesia memiliki stok melimpah.

"Kita sebenarnya tidak perlu impor kalau serapan Bulog tadi bagus," tegasnya.

Indonesia sebagai negara produsen beras terbanyak keempat di dunia malah berakhir membeli dari Vietnam, Bangladesh, Myanmar, dan Thailand.

"Kondisinya sekarang, beras di dalam negeri berlebih. Tapi pasokannya yang tidak maksimal," ucapnya.

"Pemerintah harus mengintervensi dalam rangka stabilisasi harga," tegasnya.

Baca juga: Siapa yang Bertanggung Jawab dalam Kasus Timbunan Beras Bansos?

Menurutnya, harga maksimum dan minimum beras baru bisa diatur jika ada Undang-Undang harga.

Tanpa aturan itu, lanjutnya, peran satuan gugus pangan dibutuhkan dalam rangka memastikan stabilisasi harga.

"Kita surplus tapi tidak bisa melakukan intervensi karena memang cadangannya terbatas," tambahnya.

Baca juga: Viral, Video Tren Makan Beras Mentah di TikTok, Ini Bahayanya Menurut Ahli Gizi

Peran Bulog

Beras di gudang Bulog Pinrang Sulsel dipinjam 500 ton oleh rekanan, baru dikembalikan 40 ton.KOMPAS.com/SUDDIN SYAMSUDDIN Beras di gudang Bulog Pinrang Sulsel dipinjam 500 ton oleh rekanan, baru dikembalikan 40 ton.

Menurut Acuviarta, Bulog memiliki peran penting dalam menstabilkan harga beras. Ini karena intervensi harga hanya dapat dilakukan dengan menambah stok beras cadangan dari Bulog.

"Bulog harus menyerap pasokan beras dari petani. Memenuhi 1,3 juta ton tadi," katanya.

Ia menegaskan, Bulog seharusnya membeli beras produksi dalam negeri untuk menjamin stok di gudang cukup.

Saat harga beras naik, Bulog harus segera menyetok beras tersebut ke pasar-pasar utama sehingga memperkecil peluang spekulan menaikkan harga sepihak.

Baca juga: Indonesia, Negara Agraris yang Selalu Impor Beras, Mengapa?

Adanya beras dari Bulog juga dapat menjadi pilihan yang lebih murah bagi masyarakat.

"Saya kira harga beras bisa turun. Pertama, kumpulan beras di pasar harus banyak dan lengkap sehingga masyarakat punya alternatif," jelasnya.

Selain itu, kondisi ini juga harus didukung cadangan beras yang stabil dari Bulog.

Cara kedua, menurutnya Bulog harus menyerap beras dalam stok banyak saat panen raya Maret-April 2023 mendatang.

"Saya yakin harga beras dapat kita stabilkan karena ini memenuhi faktor spekulasi yang terjadi di pasar. Kita tidak kekurangan produksi beras dan justru surplus," pungkasnya.

Baca juga: Swasembada Beras Vs Impor Beras

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Polemik Beras Impor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com