Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Suporter Tim Sepak Bola Cenderung Agresif?

Kompas.com - 05/02/2023, 21:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagian suporter acap kali dicap sangat fanatik pada tim sepak bola yang didukungnya.

Hal ini tidak jarang memicu perilaku agresif. Kegaduhan antarsuporter pun kerap terjadi karena tim yang didukung kalah maupun alasan lainnya.

Lantas, mengapa suporter tim sepak bola cenderung berperilaku agresif dan apa solusinya?

Baca juga: Rehabilitasi Reputasi Suporter Sepak Bola


Asal fanatisme suporter

Menurut sosiolog Universitas Sebelas Maret Drajat Tri Kartono, suporter suatu klub sepak bola bukan hanya kelompok yang mendukung permainan tim favoritnya.

"Suporter adalah kelompok yang mengikat diri atau bersatu atas dasar solidaritas mekanik atau solidaritas yang dasarnya adalah perasaan," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/2/2023).

Ia menyebutkan, hal ini berbeda dari solidaritas organik di mana suatu kelompok berkumpul akibat memiliki kesamaan fungsi atau pemikiran.

Para suporter sepak bola dapat menyatu sebagai satu kelompok akibat ada emosi atau perasaan cinta yang dibagun terhadap klub favorit mereka.

Kecintaan ini terbentuk berdasarkan semangat untuk menjaga nama baik negara, daerah, maupun klub sepak bola tersebut.

"Nama baik negara, daerah, ataupun klub mengikatkan emosi (para suporter bola) sehingga mereka menjadi suatu kelompok yang sulit dipecah-pecah dengan kepentingan tertentu karena mereka cenderung sukarela," lanjutnya.

Drajat menjelaskan, para suporter ini secara sadar memperjuangkan reputasi, nama baik, atau kehormatan negara, daerah, maupun tim yang didukung.

"Mereka menyatu di situ dengan panggung depannya pemain dan ofisial, sedangkan panggung belakangnya adalah kesadaran kolektif mereka sendiri," kata Drajat.

Baca juga: Mengapa Sepak Bola Kerap Diwarnai Kerusuhan?

Kenapa suporter tim sepak bola cenderung agresif?

Drajat menjelaskan, para suporter dapat berubah menjadi agresif saat klub sepak bola yang didukung kalah atau diremehkan, baik secara adil maupun tidak.

"Mereka juga merasa kayak diremehkan," ujarnya.

Perasaan diremehkan itu akan memicu rasa patriotisme atau keberanian membela yang mereka pikir benar demi diri sendiri.

Mereka akan membela klub favoritnya terlepas dari benar atau salah perbuatan itu. Kemudian, pembelaan itu ditunjukkan dengan melakukan tindakan agresif di lokasi pertandingan.

Kekecewaan kepada keputusan wasit, pemain lawan, ataupun permainan klub favorit mereka juga dapat mengakibatkan kerusuhan yang sama.

"Kasus Arema, misalnya, itukan kekecewaan mereka terhadap klubnya yang tidak serius menangani semua hal dengan baik sehingga mereka kemudian marah," ungkapnya.

Drajat menyebut, para suporter tidak bisa menunjukkan kemarahan dengan terjun bermain langsung dalam pertandingan.

Mereka hanya bisa meluapkan kejengkelan itu dengan melakukan kerusakan pada fasilitas umum yang ada atau bertengkar dengan pemain maupun ofisial di tengah lapangan.

"Agresi ini adalah suatu ekspresi dari kekecewaan dan dari ekspresi bagaimana mereka melihat keadilan di lapangan itu ditegakkan terhadap tim mereka," tambahnya.

Namun menurutnya, karena jumlah suporter banyak, kekecewaan itu bisa berubah menjadi aksi kerusuhan besar yang bahkan melibatkan ratusan orang.

Baca juga: Pertandingan Bola yang Mematikan

Solusi menangani kerusuhan suporter

Drajat menyebutkan, paling tidak ada dua solusi untuk menghadapi agresivitas suporter tim sepak bola di Indonesia.

Solusi pertama, menurutnya, adalah perlu adanya edukasi atau literasi kepada para kelompok suporter.

Ia menyebut, pendukung tim sepak bola umumnya tergabung dalam satu kelompok besar suporter. Di sana, mereka akan diorganisir dan berlatih yel-yel dukungan untuk tim.

Selain itu, seharusnya kelompok suporter juga mengajarkan sikap-sikap positif saat mendukung klubnya.

"Mereka juga harus paham mengenai aturan, norma, sopan santun, maupun etika terhadap tindakan-tindakan suporter," jelasnya.

Menurutnya, kelompok suporter butuh memberikan edukasi dan literasi kepada anggotanya, serta memiliki pengorganisasian yang baik.

Hal ini dilakukan agar para suporter menjadi lebih cerdas dan bersikap rasional saat mendukung tim favorit mereka.

"Tentu ini mesti juga menjadi bagian dari tanggung jawab federasi sepak bola untuk menguatkan organisasi suporter agar menjadi lebih baik," tambahnya.

Drajat menyebut, solusi lainnya adalah dengan membentuk organisasi suporter skala besar yang berisi pendukung dari berbagai klub bola.

Menurutnya, perlu ada kolaborasi untuk mengorganisir antarkelompok suporter klub dari berbagai daerah. Hal ini dilakukan dengan membentuk komunitas suporter di tingkat nasional.

"Kalau mereka melewati satu daerah ke daerah lain, itu nanti bisa dibantu oleh kelompok organisasi suporter antardaerah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com