"Kita tahu waktu itu dia sakitnya luar biasa kita tahu, tetapi dia tidak menangis, tidak rewel. Malahan dia yang menguatkan saya, melihat saya menangis, 'mama, jangan menangis,' katanya. 'Adek aja kuat, adek mau sembuh ma'," kenangnya.
Menurut Syamsinar, Nuri saat itu terlihat seperti orang dewasa yang tampak tegar menghadapi penyakitnya.
Baca juga: Hari Kanker Sedunia 2023: Sejarah, Tema, dan Twibbonnya
"Kondisi anak kayak gini, pasrah saja saya sama Allah. Niat saya satu, minta, berdoa sepanjang waktu saya bilang, 'Ya Allah kalau memang Nuri itu mau Kau ambil saya ikhlas. Tapi kalau memang dia masih Kau beri umur panjang, tolong mudahkan jalannya, berilah kesembuhan dia seperti semula lagi.' Hanya itu saja doa saya. Saya ikhlas," ujarnya.
Syamsinar pun mensyukuri, Nuri yang kini berusia 11 tahun tak pernah mengeluh sakit lagi.
Sembari mengenang perjuangan sang anak melawan kanker otak, Syamsinar menyebut bahwa afirmasi dan terus berpikir positif adalah kunci utama kesembuhan.
"Dulu Adek kan disuntik terus sama dokter. Sekarang nggak lagi, sekarang sudah pulang," celoteh Nuri dengan suara cerianya kepada Kompas.com.
Bahkan nyaris lima tahun berlalu, Nuri masih mengingat betul afirmasi yang selalu Syamsinar tanamkan kepada dirinya.
"Semangat! Aku sehat, aku sehat!" kata dia.
Baca juga: 13 Gejala Kanker yang Sering Diabaikan
Kisah perjuangan lain datang dari penyintas leukimia, Haris Fitranugraha Aufany Salote. Yani, sang ibu menceritakan, sakit anaknya bermula pada akhir 2016.
Kala itu, Haris mengalami demam, pembengkakan otot, dan kesulitan menengok. Yani dan keluarga pun mengira anaknya mengalami salah urat. Apalagi, sakit yang dirasakan terjadi usai Haris berenang.
Dibawa ke dokter di Pangkalan Bun untuk pemeriksaan, Yani mengatakan bahwa anaknya diberi obat. Demam berhasil turun, tetapi kembali naik beberapa hari kemudian.
Siklus yang terus berulang itu membuat dokter menyarankan Haris untuk dirawat inap. Dokter saat itu menyebut, ada kemungkinan Haris mengalami kelainan darah untuk menjalani pemeriksaan secara menyeluruh.
Hasil diagnosa kala itu, kata Yani, sang anak menderita penyakit jantung rematik. Menjalani pengobatan, kondisi Haris terus mengalami naik turun.
Baca juga: Hari Kanker Sedunia 2023, Waspadai Penyebab, Risiko, dan Gejala Awalnya
Terkadang, dia tampak sehat dan bisa berlarian. Di sisi lain, anak ketiga Yani kerap merasakan sakit hingga tak bisa berjalan.