KOMPAS.com - Lini masa Twitter diramaikan twit soal peserta Rekrutmen Bersama BUMN dengan skor tes bahasa Inggris lebih tinggi, tetapi tidak lolos ke tahap berikutnya.
Twit tersebut salah satunya dibuat oleh akun ini pada Sabtu (21/1/2023).
Tampak dalam unggahan, sebuah tangkapan layar dari dua peserta yang melamar pada perusahaan dan posisi sama.
Peserta pertama mendapatkan skor tes bahasa Inggris sebanyak 507, sementara peserta lainnya memperoleh skor 557.
Namun, peserta yang lolos dan berhak melanjutkan tahapan rekrutmen berikutnya adalah peserta dengan nilai 507. Sedangkan peserta bernilai 557 dinyatakan gagal.
Pengunggah juga melampirkan tangkapan layar serupa, dengan perusahaan dan posisi berbeda dari tangkapan layar pertama.
Bernasib sama, peserta dengan skor 451 justru bisa melanjutkan Rekrutmen Bersama BUMN.
Sementara peserta lain yang melamar di posisi dan perusahaan sama persis tetapi mengantongi nilai lebih banyak, yakni 502 dan 517, gagal pada tahap ini.
Adapun sebagai informasi, tes bahasa Inggris pada Rekrutmen Bersama BUMN batch 2 mengharuskan peserta mendapatkan skor minimal 450.
"Posisi sama, perusahaan sama, tapi peserta dgn skor bahasa inggris lebih besar malah ga lolos. Gimana nih FHCI?" tulis pengunggah.
Posisi sama, perusahaan sama, tapi peserta dgn skor bahasa inggris lebih besar malah ga lolos. Gimana nih FHCI ?????
Peserta tesnya diharuskan lulus tes AKHLAK. panitianya menerapkan AKHLAK juga ga? @fhcibumn @txtdrlinkediin @hrdbacot @erickthohir @kemenbumn pic.twitter.com/uNRmQdjiJ6
— azel amanda (@azelamanda) January 21, 2023
Unggahan ini pun menarik perhatian warganet, terutama bagi peserta yang mengalami kejadian serupa.
Hingga Minggu (22/1/2023) siang, twit soal skor bahasa Inggris lebih tinggi tetapi tidak lolos Rekrutmen Bersama BUMN ini sudah dilihat lebih dari 300.000 kali dan disukai oleh lebih dari 2.000 pengguna.
Lantas, bagaimana tanggapan Forum Human Capital Indonesia (FHCI) selaku panitia Rekrutmen Bersama BUMN?
Saat dikonfirmasi, Direktur Eksekutif FHCI Lieke Roosdianti mengungkapkan bahwa masing-masing BUMN memiliki kuota untuk setiap posisi yang dibuka.
"Sehingga pastinya berbeda perlakuan kelolosannya," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (22/1/2023).