Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Nasi Minyak Asli Palembang, Bukan 'Berkuah Jelantah' seperti yang Viral di Medsos

Kompas.com - 19/01/2023, 19:51 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nasi minyak belakangan ramai dibicarakan warganet usai cuitan yang menunjukkan nasi berkuah minyak jelantah viral di Twitter.

Akun Twitter @txtdrkuliner membagikan video dari TikTok pada Senin (16/1/2023) yang menunjukan seorang pembeli nasi minyak di daerah Surabaya.

Dalam video tersebut, terlihat penjual nasi minyak yang menuangkan bumbu yang dibuat dari kuah minyak jelantah ke nasi yang dijual.

Baca juga: Minyak Jelantah Jangan Dibuang Sembarangan, Bisa Diubah Jadi Biodisel

https://twitter.com/txtdrkuliner/status/1614783832737316864

Baca juga: Jangan Buang Minyak Jelantah ke Saluran Pembuangan, Ini Dampaknya...

Video tersebut sontak menarik perhatian banyak warganet.

Hingga Kamis (19/1/2023), cuitan ini telah ditonton lebih 11 juta kali.

Baca juga: Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bikin Irit BBM? Ini Kata Ahli ITB

Lalu, apa itu nasi minyak dan benarkah berkuah jelantah seperti dalam video yang viral di Twitter tersebut?

Kuliner asli Sumatra Selatan

Nasi minyak sesungguhnya adalah makanan khas Palembang, Sumatra Selatan.

Dikutip dari situs resmi Provinsi Sumatra Selatan, Kamis (19/1/2023), nasi minyak merupakan nasi khas Palembang yang disantap dengan tambahan lauk pauk, seperti malbi atau semur daging khas Palembang, kari kambing, dan sambal nanas.

Diberitakan Kompas.com (28/2/2021), Muhammad Shabab, pemilik Warung Nasi Minyak Haji Abuk menjelaskan bahwa nasi minyak ada sejak zaman Kesultanan Mahmud Badaruddin di tahun 1800-an.

Baca juga: Ramai soal Makan Nasi Padang Pakai Tangan atau Sendok, Lebih Baik Mana?

Nasi minyak

Tangkapan layar unggahan soal nasi minyak menggunakan minyak jelantah yang viral di media sosialscreenshoot Tangkapan layar unggahan soal nasi minyak menggunakan minyak jelantah yang viral di media sosial

Konon, nasi minyak hanya disediakan setiap hari Jumat untuk disantap Sultan Palembang setelah beribadah shalat Jumat.

"Jadi setiap Jumat mereka makan nasi minyak dan tradisi itu masih ada hingga sekarang," ungkapnya.

Seperti yang ada di video viral itu, nasi minyak memang dibuat dari minyak yang disebut minyak samin.

Shahab menjelaskan bahwa masyarakat Palembang lebih mudah menyebut nasi ini sebagai nasi minyak, bukan nasi minyak samin.

Akhirnya, nasi minyak menjadi nama populer untuk kuliner ini.

Baca juga: Ramai soal Nasi Minyak di Surabaya, Ahli Ingatkan Bahaya Kolesterol

Perpaduan makanan Arab dan China

Ilustrasi nasi minyak dengan beragam lauk melimpah.DOK.SHUTTERSTOCK/Azami Adiputera Ilustrasi nasi minyak dengan beragam lauk melimpah.

Sementara itu, Yuyun Febriyanti dari Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo dalam jurnal Nasi Minyak, A Product Of Arabian Culinary Heritage, As A Gastronomy Tourism In Palembang City menuliskan, nasi minyak berasal dari perpaduan makanan Arab dan China.

Letak Palembang yang strategis membuat banyak pedagang asal Arab dan China tinggal dan berketurunan di sana.

Hal ini yang membuat muncullah nasi minyak yang menggunakan rempah-rempah khas Timur Tengah.

Rempah yang digunakan, antara lain ketumbar, jahe, jintan, kayu manis, bunga lawang, cengkeh, kapulaga, serai, dan pala.

Baca juga: Jangan Buang Minyak Goreng Bekas di Wasfatel, Ini Dampak Buruknya

Benarkah dibuat dengan minyak?

Dijelaskannya ada dua jenis nasi minyak.

Pertama yakni nasi minyak berwarna merah berasal dari ekstrak tomat dan nasi minyak yang berwarna kuning dari kunyit.

Meski dinamai nasi minyak, Yuyun hanya menuliskan minyak yang digunakan dalam makanan ini sebatas untuk menumis bumbu, bukan sebagai kuah.

Baca juga: Ramai soal Kata Tumis Singkatan dari Tuang Minyak Sedikit, Benarkah?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: HOAKS! Nasi Dipanaskan Lebih dari 12 Jamn Memicu Diabetes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com