KOMPAS.com - Korea Selatan melaporkan kematian pertama akibat dari infeksi amoeba pemakan otak atau Naegleria fowleri.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengkonfirmasi, seorang warga berusia 50 tahun meninggal dunia setelah kembali dari Thailand, dikutip dari Korea Herald.
Pria itu kembali ke Korea Selatan pada 10 Desember 2022 setelah empat bulan bertugas di sana. Ia kemudian dirawat di rumah sakit keesokan harinya dan meninggal Rabu pekan lalu.
Baca juga: Korea Selatan Laporkan Kematian Pertama Akibat “Amoeba Pemakan Otak”
KDCA mengatakan telah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab kematiannya.
Pengujian mengkonfirmasi gen dalam tubuh pria itu 99,6 persen mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis yang dilaporkan di luar negeri.
Lantas, apa itu amoeba pemakan otak atau Naegleria fowleri?
Amoeba pemakan otak merupakan spesies yang ditemukan pertama pada 1965 dengan nama resmi Naegleria fowleri.
Dengan ukuran yang sangat kecil, amoeba pemakan otak hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop.
Biasanya, amoeba ini ditemukan di air tawar yang hangat, seperti danau, sungai, mata air panas, dan tanah.
Dikutip dari CDC, Naegleria fowleri adalah organisme yang menyukai panas (termofilik), artinya tumbuh subur dalam panas dan menyukai air hangat.
Ia paling baik pada suhu tinggi hingga 115 derajat fahrenhait (46 derajat celcius) dan dapat bertahan dalam waktu singkat pada suhu yang lebih tinggi.
Naegleria fowleri menginfeksi manusia ketika air yang mengandung amoeba masuk ke tubuh melalui hidung.
Amoeba ini masuk biasanya terjadi saat orang berenang, menyelam, atau saat mereka meletakkan kepala di bawah air seperti di danau dan sungai.
Baca juga: Apa yang Dimaksud Amoeba Pemakan Otak yang Muncul di Korea Selatan?
Amoeba kemudian berjalan dari hidung ke otak dan menghancurkan jaringan otak, serta menyebabkan infeksi yang disebut meningoensefalitis amebik primer (PAM).
PAM hampir selalu berakibat fatal.
Infeksi amoeba pemakan otak ini juga dapat terjadi ketika orang menggunakan air keran yang terkontaminasi untuk membersihkan hidung mereka.
Hingga kini, belum ada bukti bahwa Naegleria fowleri dapat menyebar melalui uap air atau tetesan aerosol (seperti kabut shower atau uap dari alat pelembab udara).
Baca juga: Bagaimana Cara Amoeba Berkembang Biak?
Naegleria fowleri menyebabkan PAM, infeksi otak yang menghancurkan jaringan otak. Pada tahap awal, gejala PAM mungkin mirip dengan gejala meningitis bakterial.
Gejala pertama PAM biasanya dimulai sekitar 5 hari setelah infeksi, tetapi dapat dimulai dalam 1 hingga 12 hari.
Ini mungkin termasuk sakit kepala, demam, mual, atau muntah.
Gejala selanjutnya bisa berupa leher kaku, kebingungan, kurang perhatian pada orang dan lingkungan sekitar, kejang, halusinasi, dan koma.
Setelah gejala dimulai, penyakit berkembang pesat dan biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sekitar 5 hari.
Namun, kematian juga bisa terjadi dalam 1 sampai 18 hari.
Seseorang harus segera mencari perawatan medis setiap kali mereka tiba-tiba mengalami demam, sakit kepala, muntah, atau leher kaku, terutama jika mereka baru saja berada di air tawar yang hangat.
Tingkat kematian orang yang terinfeksi amoeba pemakan otak adalah lebih dari 97 persen.
Hanya empat orang yang selamat dari 154 orang yang diketahui terinfeksi di Amerika Serikat dari tahun 1962 hingga 2021.
Karena PAM sangat jarang, dan karena infeksi berkembang sangat cepat, pengobatan yang efektif sulit untuk diidentifikasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.