Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Septi Sri Rahmawati
Dosen

Septi Sri Rahmawati, Dosen Program Studi Ilmu Tanah UPN “Veteran” Yogyakarta; Tim Ahli Gubernur Jawa Barat Periode 2021-2022, pernah melakukan riset kajian pemukiman perkotaan di wilayah Jawa Barat.

Mitigasi Bencana Pasca Gempa Cianjur

Kompas.com - 30/11/2022, 19:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GEMPA bumi di Cianjur, Jawa Barat, tak hanya menimbulkan duka mendalam. Gempat itu juga menimbulkan kekhawatiran, tak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Cianjur tetapi juga masyarakat yang tinggal di lokasi rawan gempa bumi lainnya.

Gempa Cianjur diduga terkait dengan keberadaan Sesar Cimandiri, sesuai dengan rilis BMKG pada 21 November 2022.  Namun, beberapa pakar berpendapat bahwa bukan Sesar Cimandiri yang memicu gempa tersebut. Ismawan, dosen Teknik Geologi Unpad misalnya, berbeda pandangan dan meyakini penyebab gempa bukan berasal dari Sesar Cimandiri (Unpad.ac.id, Selasa 22/11).

Baca juga: Update Korban Gempa Cianjur 30 November: Meninggal Dunia Jadi 328 Jiwa, 12 Orang Masih Hilang

Soalnya, lokasi pusat gempa (episentrum) yang berada jauh dari Sesar Cimandiri (10 kilometer di sebelah utara jalur patahan Cimandiri). Kontur Sesar Cimandiri yang berada di arah selatan, dengan lebar 8-10 meter membuka peluang adanya sesar yang belum terungkap.  Kabupaten Cianjur merupakan dataran rendah, tetapi ada juga dataran bergelombang hingga terjal di bagian tenggara Gunung Gede.

Gempa itu menyebabkan korban jiwa dan luka-luka, serta kerusakan infrastruktur dan bangunan.  Besarnya jumlah korban jiwa karena permukiman yang terdampak gempa merupakan wilayah yang termasuk kawasan rawan bencana (KRB) gempa bumi tinggi.

Kajian permukiman menjadi hal yang menarik dalam kajian berbasis mitigasi bencana. Kajian permukiman dapat menjadi acuan dalam evaluasi rencana tata ruang wilayah untuk mengurangi besarnya korban di masa mendatang.

Pada kajian permukiman, lokasi yang pernah mengalami bencana akan memiliki risiko untuk mengalami bencana kembali sesuai dengan adanya periode ulang pada bencana-bencana tertentu, termasuk bencana gempa.

Gempa dangkal di dekat permukaan padat penduduk umumnya menyebabkan korban jiwa yang besar. Karena itu, kapasitas masyarakat dan mitigasi struktural maupun nonstruktural menjadi hal yang perlu disiapkan, apalagi untuk masyarakat yang tinggal di lokasi yang memiliki potensi bencana.

Cianjur merupakan salah satu wilayah yang memiliki risiko bencana gempa bumi di Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, yaitu sebanyak 48,64 juta jiwa atau 17 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah ini (Jabar.bps.go.id, 2022).

Pesona Jawa Barat yang memiliki iklim yang nyaman dan tanah yang subur ternyata memendam potensi bencana gempa bumi. Jawa Barat memiliki paling tidak enam sesar aktif yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Citarik, Sesar Cipamingkis, Sesar Garut Selatan (Garsela).

Sesar aktif di sebagian wilayah tidak terlihat jelas karena tertutup endapan gunung api yang bersifat lunak memperkuat efek guncangan (vsi.esdm.go.id, 21/11). Keberadaan sesar-sesar itu harus diantisipasi untuk mewujudkan masyarakat siaga dan tangguh bencana, khususnya di Jawa Barat dan umumnya di seluruh Indonesia.

Apa yang perlu disiapkan?

Pada akhirnya kita selalu dihadapkan pada situasi untuk siap menghadapi bencana. Masyarakat memerlukan edukasi yang cukup memadai mengenai risiko bencana yang akan dihadapi dan bukan untuk ditakut-takuti.

Ketakutan masyarakat justru meningkatkan risiko bencana. Sebaliknya, kesiapsiagaan masyarakat meningkatkan kapasitas masyarakat menghadapi bencana di masa mendatang.

Baca juga: Ridwan Kamil Akan Kirim ASN ke Jepang untuk Belajar Mitigasi Bencana Gempa

Ada beberapa pelajaran penting setelah terjadinya bencana gempa di Cianjur, yaitu melaksanakan mitigasi bencana baik sebelum maupun setelah terjadinya bencana. Masyarakat yang sedang dan tinggal di lokasi yang memiliki risiko gempa bumi diharapkan selalu waspada.

Kejadian gempa di permukaan pada wilayah yang padat penduduk bisa saja mengakibatkan bencana ikutan seperti retakan dan penurunan tanah, gerakan tanah, serta likuifaksi. Hal ini perlu diantisipasi dengan pemetaan zonasi rawan gempa bumi dengan skala yang lebih detail sehingga dapat dijadikan acuan dalam penentuan pemilihan lokasi permukiman.

Peta zonasi itu harus dilengkapi dengan skema mitigasi yang mumpuni. Pemerintah setempat harus terus meningkatkan upaya mitigasi, baik mitigasi struktural maupun nonstruktural.

Peranan pemerintah dapat berupa sosialisasi dan membuat konstruksi bangunan tahan gempa yang dilengkapi jalur dan tempat evakuasi.

Pada akhirnya semua elemen harus terlibat pasca-bencana gempa bumi ini. Satu kejadian bencana harus menjadi cermin untuk merefleksikan upaya apa saja yang akan dilakukan.

Kolaborasi penta helix diharapkan mampu membuat masyarakat tenang dan mampu beradaptasi berdampingan dengan bencana sehingga dampak bencana dapat ekitar Cianjur yang mengakibatkan bencana itu.

Permukiman padat, gempa, dan korban jiwa

Gempa bumi Cianjur bermagnitude 5,5 di kedalaman 10 km. Meskipun pada umumdiminimalisir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Tren
Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com