KOMPAS.com - Pertandingan pembuka Grup H Piala Dunia 2022 antara Uruguay vs Korea Selatan pada Kamis (24/11/2022) malam WIB berakhir dengan skor imbang kacamata.
Pada laga tersebut, ada satu hal menarik perhatian warganet di media sosial, yakni banyaknya pemain Korea Selatan bernama "Kim" yang menjadi starter.
Setidaknya ada lima pemain Korea Selata dengan nama depan Kim, mulai dari kiper hingga empat pemain bertahan Korea Selatan bernama "Kim".
Penjaga gawang bernama Kim Seung-Gyu dari klub Al Shabab, empat pemain bertahan masing-masing bernama Kim Jin-Su (Jeonbuk Motors), Kim Young-Gwon (Ulsan Hyundai), Kim Min-Jae (Napoli), dan Kim Moon-hwan (Jeonbuk Motors).
"Starting XI Korea Selatan lawan Uruguay. Semua pemain bertahan (kiper & bek) punya nama Kim," tulis akun Twitter @faktasepakbola.
Baca juga: Arab Saudi Negara Asia Pertama yang Mengalahkan Argentina dalam Sejarah Piala Dunia
Starting XI Korea Selatan lawan Uruguay. Semua pemain bertahan (kiper & bek) punya nama "Kim".
Kim yang berarti emas, memang merupakan marga paling populer di Korea. Di urutan 2 ada "Lee", lalu "Park". Sensus 2015 di Korsel, menyebutkan 21,5% populasi Korsel memiliki nama "Kim". pic.twitter.com/xWhZcvoipM
— Fakta Bola ? (@FaktaSepakbola) November 24, 2022
Salah satu akun Twitter menanggapi twit tersebut dengan menyebut bahwa nama Kim di Korea Selatan sudah pasaran.
"Jebul jeneng kim nang korea pasaran (ternyata nama Kim di Korea Selatan pasaran)" tulis akun Twitter @retzuya_.
Jebul jeneng kim nang korea pasaran https://t.co/SQ3NzuawXe
— ???????? (@retzuya_) November 24, 2022
Lantas, mengapa banyak orang Korea bernama Kim?
Dilansir dari britannica, dari total 49,3 juta orang Korea Selatan (pada 2015), sebanyak 20 persen di antaranya memiliki nama keluarga atau marga Kim, atau sekitar 10 juta orang.
Lee adalah nama paling umum kedua di Korea, dan Park adalah yang ketiga.
Secara keseluruhan, sekitar 45 persen orang Korea memiliki salah satu dari nama Kim, Lee, dan Park.
Tapi mengapa Kim begitu banyak? Apakah mereka semua terkait satu sama lain?
Jawabannya terletak pada signifikansi historis dari keluarga Kim.
Di Kerajaan Silla (57 sebelum Masehi-935 Masehi), yang berperang dan bersekutu dengan negara-negara lain di semenanjung Korea dan akhirnya menyatukan sebagian besar Korea pada 668.
Kim yang berarti "emas" adalah nama sebuah keluarga yang naik pangkat dan menjadi penguasa Silla selama 700 tahun.
Selama berabad-abad di Korea, nama keluarga jarang ditemukan di antara siapa pun kecuali keluarga kerajaan dan aristokrat.
Keadaan ini berlangsung sampai pemberian nama keluarga menjadi tanda kesukaan raja selama Dinasti Goryeo (935–1392).
Baca juga: Profil Kim Keon Hee, Istri Presiden Korea Selatan yang Curi Perhatian Warganet di KTT G20
Kemudian, pada akhir Dinasti Joseon (1392–1910), beberapa rakyat jelata mengadopsi nama keluarga untuk keuntungan sosial dan ekonomi.
Sebuah praktik yang menjamur setelah sistem kelas dihapuskan pada 1894 dan penjajah Jepang memaksa orang Korea untuk menggunakan nama keluarga.
Rakyat jelata sering memilih nama klan yang tinggi seperti Kim, Lee, atau Park.
Namun, tidak semua orang yang memiliki nama Kim karena warisan adalah sama.
Unit dasar dari sistem kekerabatan tradisional Korea adalah klan, atau bongwan, sebuah kelompok yang nama belakang menandakan asal geografis yang sama.
Dengan demikian, Kim yang berbeda dapat melacak garis keturunan mereka ke tempat yang berbeda, terutama Gimhae.
Kota di bagian tenggara Korea adalah tempat kelahiran Kim Su-Ro, pria yang diakui sebagai nenek moyang asli Kim dan yang menemukan Gaya (42 Masehi), sebuah kerajaan Korea kuno.
Selebihnya, ada sekitar 300 orang dengan nama Kim lainnya yang berasal dari Gyeongju, Andong (yang sudah memiliki 2 klan Kim), dan Gwangsan.
Baca juga: Seperti Apa Perayaan Pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan?
Apakah semua orang Korea yang memiliki nama keluarga dianggap memiliki hubungan satu sama lain?
Saat ini, asal usul klan Korea cukup jauh sehingga orang-orang yang akar leluhurnya berada di desa yang berbeda dianggap memenuhi syarat untuk menikah satu sama lain.
Namun demikian, sudah lama ada undang-undang yang melarang pernikahan antara orang-orang dengan nama belakang yang sama dan asal usul dari pihak ayah.
Namun, pada 1997, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan memutuskan undang-undang tersebut inkonstitusional, dan hukum perdata diubah pada 2005 untuk melarang hanya pernikahan antara orang-orang yang berkerabat dekat.
Baca juga: Ramai soal UMS Buka Cabang Kampus di Korea Selatan, Ini Penjelasannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.