KOMPAS.com - The Love Song for Shu-Sin, puisi yang disusun pada era Mesopotamia kuno atau 2000 tahun sebelum masehi, menjadi puisi cinta tertua di dunia.
Menariknya, puisi ini ditemukan secara tidak sengaja oleh para arkeolog.
Pada abad ke-19 M, para arkeolog turun ke wilayah Mesopotamia mencari bukti fisik yang akan menguatkan narasi Alkitab Perjanjian Lama, dikutip dari World History.
Alih-alih menemukan bukti yang mereka harapkan, mereka malah menemukan lempengan berhuruf paku yang berisi banyak narasi Alkitab dari sumber Mesopotamia.
Penemuan ini memiliki dampak yang mendalam tidak hanya pada keilmuan Alkitab, tetapi juga sejarah dunia seperti yang dipahami pada waktu itu.
Ketika arkeolog Austen Henry Layard menggali situs Niniwe pada 1846-1847 M, ia menemukan perpustakaan raja Asiria Ashurbanipal (berkuasa 1846-627 SM), termasuk puisi The Love Song for Shu-Sin.
Lempengan berisi puisi itu pun kemudian dibawa ke Istanbul Museum, Turki dan disimpan di sana.
Baca juga: Mengenal Universitas Al-Qarawiyyin, Kampus Tertua di Dunia yang Didirikan oleh Seorang Wanita
Namun, puisi tersebut hanya disimpan, tanpa diterjemahkan dan tidak diketahui hingga tahun 1951.
Saat itu, ahli sumerologi terkenal Samuel Noah Kramer menemakan puisi tersebut ketika sedang menerjemahkan teks kuno.
Dalam bukunya History Begins at Sumer, Kramer menceritakan momen-momen ketika menemukan The Love Song for Shu-Sin.
"Tablet kecil bernomor 2461 tergeletak di salah satu laci, dikelilingi oleh beberapa benda lain. Ketika saya pertama kali melihatnya, fitur yang paling menarik adalah kondisi pelestariannya," tulis Kramer.
"Saya segera menyadari bahwa saya sedang membaca sebuah puisi, dibagi menjadi beberapa bait, yang merayakan keindahan dan cinta, seorang pengantin yang gembira dan seorang raja bernama Shu-Sin," sambungnya.
Shu-Sin diketahui memerintah tanah Sumer hampir empat ribu tahun yang lalu.
Setelah membacanya berulang kali, ia berada pada kesimpulan bahwa teks tersebut merupakan puisi cinta tertua yang ditulis oleh tangan manusia.
Puisi itu bukan hanya puisi cinta, tetapi bagian dari ritual suci yang dilakukan setiap tahun atau dikenal sebagai "pernikahan suci".
Pada ritual tersebut, raja secara simbolis menikahi Dewi Inanna.
"Setahun sekali, menurut kepercayaan Sumeria, adalah tugas suci penguasa untuk menikahi seorang pendeta wanita dan pemilih Inanna, dewi cinta dan prokreasi, untuk memastikan kesuburan tanah dan kesuburan rahim," kata Kramer dalam bukunya.
"Upacara penghormatan waktu dirayakan pada hari Tahun Baru dan didahului dengan pesta dan perjamuan diiringi musik, nyanyian, dan tarian. Puisi yang ditorehkan pada prasasti kecil Istanbul kemungkinan besar dibacakan oleh mempelai wanita pilihan Raja Shu-Sin selama salah satu perayaan Tahun Baru ini," lanjutnya.
Baca juga: Mengenal Grand Bazaar Istanbul, Pasar Indoor Tertua di Dunia
Shu-Sin memerintah sebagai raja di kota Ur dari tahun 1972-1964 SM. Versi lain menyebut Shu-Sin memerintah pada 2037-2029 SM.
Oleh karena itu, puisi tersebut diberi tanggal menurut tahun 1965 SM atau 2030 SM tetapi paling sering diberi tanggal umum komposisi sekitar 2000 SM.
Shu-Sin adalah putra bungsu dari Shulgi dari Ur (memerintah 2029-1982 SM) yang merupakan raja besar terakhir dari Periode Ur III (2047-1750 SM).
Menurut sejarawan Stephen Bertman, selain puisi ini, Shu-Sin juga merupakan pemeran utama pria dalam serangkaian puisi erotis dalam bahasa Akkadia yang ditulis dalam bentuk dialog.
Jauh sebelum narasi-narasi Alkitab diturunkan, orang-orang Mesopotamia sedang menulis 'draf pertama' dari beberapa karya paling berpengaruh dalam sejarah dunia.
Pekerjaan arkeologi yang dilakukan di Mesopotamia pada abad ke-19 M benar-benar mengubah cara sejarah, dan dunia, dapat dipahami.
Setelah penemuan masa lalu kuno Mesopotamia, sejarah diperluas, diperdalam, dan kisah umat manusia menjadi jauh lebih kompleks dan menarik.
Sastra Mesopotamia kuno ini memberikan bentuk pertama sastra dunia, ekspresi pertama dari pengalaman manusia, termasuk pengalaman cinta dan gairah romantis melalui puisi cinta tertua di dunia.
Baca juga: Deretan Rumah Tertua di Dunia yang Masih Berdiri hingga Kini
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.