Pasalnya, badai petir itu bisa muncul kapan saja dan dapat mengganggu komunikasi kapal dan menimbulkan gelombang besar.
Pejabat NOAA menyatakan, kapal-kapal pada masa lalu yang melewati daerah itu akan lebih rentan terhadap perubahan cuaca yang tiba-tiba dan ekstrem daripada kapal-kapal saat ini.
Sebab, kapal-kapal saat ini dilengkapi dengan prakiraan yang lebih akurat.
Selain itu, kasus hilangnya kapal dan pesawat di kawasan Segitiga Bermuda juga dikaitkan dengan adanya ledakan gas metana yang menciptakan lubang besar sehingga menenggelamkan kapal-kapal.
Namun, ahli geofisika Carolyn Ruppel menampik hal tersebut. Menurutnya, proses gas hidrat terurai tidak terjadi secara eksplosif kecuali ada peningkatan tekanan ekstrem, seperti perubahan iklim tiba-tiba.
Faktanya, sebagian besar metana yang merembes ke laut saat ini diproses oleh mikroba menjadi karbon dioksida sebelum mencapai permukaan.
Baca juga: 5 Tempat Paling Misterius di Dunia yang Mirip Segitiga Bermuda
Dikutip dari Kompas.com (25/7/2022), kasus hilangnya pesawat terbang dan kapal laut di area Segitiga Bermuda sudah terjadi sejak 1945.
Saat itu, sebanyak 5 pesawat Angkatan Laut AS yang berisi 14 orang dilaporkan hilang di area tersebut.
Sempat terdengar suara kapten pesawat, Letnan Charles Taylor melalui radio. "Kami memasuki air putih, ada yang tidak beres. Kami tidak tahu lokasi kami di mana, airnya hijau, bukan putih."
Namun, Angkatan Laut AS akhirnya melaporkan insiden tersebut ke dalam kejadian dengan "penyebab tidak diketahui."
Sejak kejadian itu sampai 1980-an, sebanyak 25 pesawat kecil juga hilang saat melewati Segitiga Bermuda. Puing pesawat-pesawat itu juga tidak pernah ditemukan.
Kendati demikian, The Travel menyebutkan, hingga saat ini tidak ada larang untuk melintasi kawasan Segitiga Bermuda. Pesawat besar masih melintasi kawasan itu dan tidak ada laporan hilang.
Bahkan, jalur laut yang melintasi Segitiga Bermuda merupakan salah satu jalur tersibuk di dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.