KOMPAS.com - Sebuah kota bawah laut yang penuh dengan bebatuan bergerigi membuat para ilmuwan bertanya-tanya.
Adalah The Lost City atau Kota yang Hilang, sebuah ladang hidrotermal yang terletak di kedalaman Samudra Atlantik, dekat dengan Mid-Atlantic Ridge atau rangkaian pegunungan raksasa yang membelah Atlantik.
Kota ini menempel di atas gunung bawah laut, dan menyebar dengan luas hingga lebih dari 5.000 kaki persegi.
The Lost City ditemukan pertama kali pada 2000, dan hingga saat ini merupakan satu-satunya ladang hidrotermal yang telah banyak diakses oleh peneliti.
Dilansir dari The Sun, kota ini penuh dengan menara batu berventilasi atau berlubang tinggi dan cerobong.
Bahkan, para peneliti menemukan banyak makhluk hidup mikroskopis dan krustasea atau udang-udangan di tempat ini.
Menurut peneliti, The Lost City telah berfungsi sebagai tuan rumah untuk beberapa reaksi dan proses kimia yang dianggap sebagai bagian dari awal kehidupan.
"Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa ini menjadi analog kontemporer dari kondisi di mana kehidupan mungkin berasal," tulis sebuah penelitian yang terbit dalam Science Direct.
Baca juga: Monyet di Ubud Gunakan Batu untuk Masturbasi, Ilmuwan: Ini adalah Tanda Kecerdasan
Dilansir dari Science Alert, ladang hidrotermal di The Lost City memiliki dinding karbonat berwarna krem. Warnanya menjadi biru pucat saat disorot cahaya dari jarak jauh.
Tingginya beragam, mulai dari tumpukan kecil seukuran jamur payung, hingga menjulang setingga 60 meter.
Bagian tertinggi hingga 60 meter ini dinamai serupa dengan nama dewa laut Yunani, yakni Poseidon.
Adapun The Lost City, berada lebih dari 700 meter di bawah permukaan laut.
This is the Lost City, a towering ecosystem in the middle of the North Atlantic. It’s completely unique, with life found nowhere else on Earth. And if someone wanted to destroy it? There’s nothing you could do about it. No laws. No consequences. Welcome to the High Seas... pic.twitter.com/mdG5wOsr5h
— Open Ocean Exploration (@RebeccaRHelm) August 22, 2022
Di celah-celah lubang atau ventilasi, terdapat senyawa hidrokarbon yang memberi makan sekumpulan mikroba.
Sementara itu, bagian yang mirip cerobong asap aktif memuntahkan gas bersuhu 40 derajat celsius.
Cerobong asap ini merupakan rumah bagi krustasea dan banyak jenis siput.