Secara hitungan matematis, Hendri menyebut Prabowo berpeluang memenangi Pilpres 2024. Sebab, tak ada Jokowi sebagai pesaingnya.
Namun, Prabowo harus mewaspadai calon pesaingnya yang juga memiliki elektabilitas tinggi.
"Kalau sekarang tidak ada Jokowi, harusnya dia kan bisa lewat 50 persen dan menang. Tapi sekarang kan elektabilitasnya baru berada di angka 30 persen dan ditempel ketat oleh Anies Baswedan," ujarnya.
Baca juga: Deklarasi Koalisi Bersama Gerindra, PKB: Tidak akan Keluar dari Muhaimin dan Prabowo
Sementara itu, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Kurskridho Ambardi mengatakan, peluang Prabowo masih bertumpu pada dukungannya di dua pemilu sebelumnya.
Akan tetapi, dukungan tersebut kemungkinan berubah seiring munculnya kandidat-kandidat baru, seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
"Kemudian, dukungan pemilih muslim yang dulu mendukungnya akan terkoreksi karena sebagian meninggalkannya sejak bergabung dalam kabinet Jokowi," kata Dodi, sapaan akrabnya saat dihubungi secara terpisah, Sabtu.
Untuk memanangi Pilpres 2024, Dodi menyebut Prabowo perlu meyakinkan pendukungnya bahwa aspirasi mereka benar-benar tertampung.
Prabowo juga diharapkan dapat menggandeng calon wakil presiden yang mampu menerjemahkan visi nasionalismenya.
Terlepas dari itu, Dodi menyoroti pentingnya regenarasi di balik pencalionan ini.
"Hak dia mencalonkan diri. Tapi, saya kira di saat yang sama urgensi regenerasi juga perlu disampaikan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.