Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Estetika Modulasi Bandar Jakarta Menggetar Sukma

Kompas.com - 30/07/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MODULASI merupakan teknik komposisi musik dengan memindahkan sebuah tangga nada ke tangga nada lainnya.

Tersedia aneka ragam jurus modulasi mulai dari yang mendadak pindah tangga nada sampai yang berkepanjangan berbelit-belit menempuh jalur dominan dan/atau sub-dominan sampai double-dominan dan/atau double-sub-dominan, bahkan triple dan selanjutnya sampai seolah tak kenal batas maksimalnya.

Dengan sendirinya modulasi tidak dibutuhkan di khasanah musik atonal atau dodekafoni apalagi aleatorik yang memang tidak mengenal tangga nada.

Musik Jazz tidak terlalu dipusingkan oleh modulasi, sementara modulasi cukup problematis di
musik pentatonik universal mau pun slendro/pelog/Sunda di mana modulasi irama memang terkesan lebih utama ketimbang modulasi tangga nada.

Modulasi di semesta musik jelas beda dari modulasi di semesta politik yang menatalaksana modulasi ideologi misanya dari komunis menjadi kapitalis seperti yang terjadi di Republik Rakyat China atau dari diktator ke demokrasi yang masih tertatih- tatih terjadi di Indonesia.

Kembali ke semesta musik, satu di antara mahakarya modulasi yang paling saya takjub adalah alur dan arus gerak-gerik modulasi yang terkandung di dalam lagu Bandar Jakarta mahakarya Iskandar.

Harmoni Bandar Jakarta berawal secara lazim, yaitu pada tonika yang lazimnya disusul sub dominan atau dominan namun langsung disusul double-dominan sebagai gerbang modulasi ke tangga nada dengan interval kuint di atas tangga semula.

Berarti jika semula tangga nada Bandar Jakarta adalah C mayor, maka dalam dua bait langsung beranjak ke dominan untuk kemudian bermodulasi ke tangga nada G mayor melaui akord D mayor tujuh yang sangat nikmat difungsikan sebagai cengkok henti sebelum masuk ke tangga nada G mayor sebagai mi alias nada ke tiga.

Lagu berlanjut pada alur gerak tangga nada G mayor yang diperkuat dengan nada fis yang jelas bukan termasuk gerak tangga C mayor tetapi memang G mayor untuk kemudian mendarat di nada pertama tangga nada G mayor.

Menakjubkan bagaimana Iskandar sengaja menghadirkan masa jeda dua bait untuk memberi kesempatan kepada para pemusik untuk mengisi masa jeda tersebut dengan improvisasi masing-masing namun tetap pada harmoni G mayor sebelum secara mendadak melodi mulai bergerak pada tangga nada F mayor sebelum berkembang ke sana ke mari melalui beberapa lorong modulasi untuk akhirnya kembali ke tangga nada fitrah, yaitu C besar.

Modulasi yang dilakukan Iskandar dari G ke F di bagian tengah Bandar Jakarta pada hakikatnya melanggar undang-undang ilmu harmoni akademis yang tegas melarang gerak harmoni dominan ke sub dominan sebab mengandung dosa utama ilmu harmoni akademis Barat, yaitu gerak interval kuin sejajar.

Namun justru pada pelanggaran peraturan akademis tersebut Iskandar memperoleh kesempatan mengerahkan segenap kesaktian estetikal dirinya untuk membuktikan bahwa teori musik memang bisa membuat manusia mampu menganalisa komposisi yang sudah jadi (seperti yang saya lakukan terhadap Bandar Jakarta), namun sama sekali bukan merupakan jaminan untuk mampu menciptakan karya musik yang belum jadi menjadi jadi apalagi musik kelas langitan mahafantastis seperti Bandar Jakarta (seperti yang tidak mampu saya lakukan).

Pada hakikatnya arus alur gerak berbelit modulasi maha rumit maka maha indah yang terkandung di dalam Bandar Jakarta merupakan suatu keajiban daya cipta manusia yang tak pernah henti menggetar sukma kalbu jiwa raga saya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com