Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

"Citayam Fashion Week" dan Demokratisasi Eksistensi Bergaya Busana

Kompas.com - 25/07/2022, 08:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com pada 23 Juli 2022 memberitakan, pesona "Citayam Fashion Week" di Dukuh Atas, Jakarta Pusat bukan kunjung pudar tetapi justru semakin meriah. Dimulai dari remaja yang berasal dari daerah penyangga Jakarta seperti Citayam, Bojonggede, dan Depok, kini berbagai kalangan masyarakat berbondong-bondong meramaikan Citayam Fashion Week, tak terkecuali Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Awalnya Citayam Fashion Week dimulai dari sekelompok remaja tanggung yang menghabiskan waktunya nongkrong di kawasan Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman. Aktivitas nongkrong itu dibalut dengan adu gaya berpakaian nyentrik yang didokumentasikan untuk diviralkan di media sosial. Bahkan ibu-ibu dan emak-emak tak mau ketinggalan ikut catwalking di Citayam Fashion Week.

Baca juga: Citayam Fashion Week Direbut Banyak Pesohor, Netizen: Maling!

Setelah viral, fenomena Citayam Fashion Week tak lagi hanya sekadar soal eksistensi bergaya. Kini, sebagian remaja di sana mulai melihatnya sebagai peluang mendulang cuan. Konon beberapa pihak sedang berebut mematenkan nama Citayam Fashion Week ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Kemenhukham).

Sama halnya dengan semua hal bersifat baru, tentu saja Citayam Fashion Week tidak lepas dari pro dan kontra publik. Namun menurut pendapat saya yang tentu saja subyektif, Citayam Fashion week yang kini sudah keluar dari Jakarta untuk merambah ke Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan lain-lain kota besar Ibdonesia merupakan ungkapan kreatifitas anak muda zaman now yang bukan hanya layak dihargai tetapi juga hukumnya wajib difasilitasi serta didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Secara kebudayaan, Citayam Fashion Week sangat potensial berkembang menjadi gerakan demokrasi eksitensi bergaya busana yang memberi kesempatan bagi siapapun juga untuk berkarsa dan berkarya dalam industri busana sambil juga lukratif menjadi konten media sosial (medsos).

Citayam Fashion Week mendobrak benteng monopoli industri adibusana yang sementara ini mutlak dikuasai para pemodal besar sambil juga membuka kesempatan bagi siapapun untuk menjadi perancang busana maupun peraga busana.

Sama sekali bukan mustahil bahwa Citayam Fashion Week juga potensial menjadi destinasi pariwisata kebanggaan Indonesia seperti halnya semarak Karnaval di Rio De Jainero, pesona Fashion Week di kawasan pedestrian Paris, heboh Fasching di Koeln, gemilang Rastro Fashion Festival di Madrid atau gemerlap World Cosplay Summit di Tokyo.

Pendek kata Citayam Fashion Week memang kerennnnnnn!

Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com