Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Banjir Juli, Tanggap Darurat di Garut, dan Fenomena Atmosfer...

Kompas.com - 19/07/2022, 06:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bogor melaporkan, sebanyak 23 desa di 11 kecamatan dilanda bencana tersebut.

Akibatnya, 4.084 keluarga atau 16.420 jiwa terdampak bencana itu.

Banjir juga dilaporkan menggenangi sejumlah kawasan di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur di waktu yang sama.

Baca juga: Fenomena Perigee Disebut Jadi Penyebab Banjir Rob Pesisir Jateng, Apa Itu?

Fenomena-fenomena atmosfer

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, fenomena-fenomena atmosfer bisa memicu terjadinya dinamika cuaca, sehingga mengakibatkan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Menurutnya, ada beberapa fenomena atmosfer yang berpengaruh pada tingginya intensitas hujan saat kemarau kali ini.

Beberapa di antaranya adalah fenomena La Nina, fenomena Dipole Mode, Madden Jullian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby.

"Kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia," kata Guswanto, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Untuk fenomena Dipole Mode, berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Adapun fenomena MJO, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan skala regional.

Baca juga: Analisis Faktor Penyebab Banjir Rob di Pantura Jateng

Hujan 24 jam

Sementara itu, prakirawan cuaca BMKG Kota Bandung Yan Firdaus Permadhi menjelaskan, hujan yang turun selama hampir 24 jam disebabkan oleh fenomena Mesoscale Convective Complex (MCC).

MCC yang masih bagian dari Mesoscale Convective System (MCS) merupakan fenomena yang dicirikan dengan adanya perisai awan yang berbentuk quasi-circular (hampir lingkaran) dengan luas area inti awan mencakup lebih dari 50.000 km persegi serta suhu puncak awan IR1 kurang dari -52 derajat celsius.

"Kondisi awan tersebut bertahan minimun selama 6 jam dan menyebabkan cuaca buruk dan hujan ekstrem," kata Yan, dikutip dari Kompas.com.

Ia menuturkan MCS adalah sistem kompleks badai petir yang terorganisasi pada skala yang lebih besar dari badai individu tetapi lebih kecil dari siklon tropis.

Biasanya, kondisi ini berlangsung selama beberapa jam atau lebih.

Baca juga: Analisis BRIN soal Banjir Rob Semarang, Benarkah karena Fenomena Astronomis?

(Sumber: Kompas.com/Muhammad Syahrial, Ellyvon Pranita, Nur Rohmi Aida, Afdhalul Ikhsan | Editor: Holy Kartika Nurwigati, Rendika Ferri Kurniawan, Reni Susanti)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara membersihkan rumah setelah banjir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu 'Fuel Card' Mulai 1 Agustus

Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu "Fuel Card" Mulai 1 Agustus

Tren
9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan 'Flower Moon'

9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan "Flower Moon"

Tren
Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Tren
Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Tren
Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Tren
Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Tren
Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Batal Menggagas Benaromologi

Batal Menggagas Benaromologi

Tren
Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com