Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Analisis Banjir Juli, Tanggap Darurat di Garut, dan Fenomena Atmosfer...

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan daerah lainnya baru-baru ini diterjang banjir.

Fenomena banjir di Juli merupakan fenomena yang tidak biasa. Pasalnya, Juli disebutkan permulaan musim kemarau di Indonesia.

Pada Mei 2022, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, awal musim kemarau di Indonesia cukup variatif.

Beberapa daerah tercatat memasuki kemarau pada April, tetapi banyak daerah baru masuk kemarau pada Mei dan Juni.

Artinya, semua wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau pada Juli 2022.

Namun, banjir justru menggenangi sejumlah daerah, seperti Bogor, Garut, Ciledug, Bandung, Tangerang, dan DKI Jakarta.

Di Garut, Jawa Barat, banjir bahkan memutus beberapa akses jembatan dan merendam 20 desa di 8 kecamatan.

Trending #PrayForGarut pun mengemuka selama 24 jam di Twitter.

Pemerintah Kabupaten Garut menetapkan Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsor tertanggal 16 Juli 2022.

Status tanggap darurat tersebut terhitung sejak 16 Juli hingga 29 Juli 2022.

Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB, 14 kecamatan terdampak banjir.  Antara lain Kecamatan Cikajang, Tarogong Kidul, Pasirwangi, Cigedug, Bayongbong, Tarogong kaler, Samarang, Banyuresmi, Cibatu, Karangpawitan, Garut Kota, Cilawu, Banjarwangi dan Singajaya. Sebanyak 6.031 Kepala Keluarga (KK) atau 18.873 jiwa terdampak dan 649 jiwa di antaranya mengungsi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut melaporkan update kerugian meteril sebanyak 4.035 unit rumah terdampak dengan 11 unit di antaranya rusak berat, 13 kantor pemerintah rusak sedang, 10 kantor pemerintah rusak ringan, 2 unit fasilitas pendidikan rusak sedang, dan 3 unit fasilitas Pendidikan rusak ringan.

Selain itu, tercatat sedikitnya 17.077 hektar kolam ikan milik warga terdampak.

Sementara hujan deras dalam waktu lama menyebabkan banjir dan tanah longsor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bogor melaporkan, sebanyak 23 desa di 11 kecamatan dilanda bencana tersebut.

Akibatnya, 4.084 keluarga atau 16.420 jiwa terdampak bencana itu.

Banjir juga dilaporkan menggenangi sejumlah kawasan di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur di waktu yang sama.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, fenomena-fenomena atmosfer bisa memicu terjadinya dinamika cuaca, sehingga mengakibatkan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Menurutnya, ada beberapa fenomena atmosfer yang berpengaruh pada tingginya intensitas hujan saat kemarau kali ini.

Beberapa di antaranya adalah fenomena La Nina, fenomena Dipole Mode, Madden Jullian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby.

"Kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia," kata Guswanto, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Untuk fenomena Dipole Mode, berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Adapun fenomena MJO, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan skala regional.

Hujan 24 jam

Sementara itu, prakirawan cuaca BMKG Kota Bandung Yan Firdaus Permadhi menjelaskan, hujan yang turun selama hampir 24 jam disebabkan oleh fenomena Mesoscale Convective Complex (MCC).

MCC yang masih bagian dari Mesoscale Convective System (MCS) merupakan fenomena yang dicirikan dengan adanya perisai awan yang berbentuk quasi-circular (hampir lingkaran) dengan luas area inti awan mencakup lebih dari 50.000 km persegi serta suhu puncak awan IR1 kurang dari -52 derajat celsius.

"Kondisi awan tersebut bertahan minimun selama 6 jam dan menyebabkan cuaca buruk dan hujan ekstrem," kata Yan, dikutip dari Kompas.com.

Ia menuturkan MCS adalah sistem kompleks badai petir yang terorganisasi pada skala yang lebih besar dari badai individu tetapi lebih kecil dari siklon tropis.

Biasanya, kondisi ini berlangsung selama beberapa jam atau lebih.

(Sumber: Kompas.com/Muhammad Syahrial, Ellyvon Pranita, Nur Rohmi Aida, Afdhalul Ikhsan | Editor: Holy Kartika Nurwigati, Rendika Ferri Kurniawan, Reni Susanti)

https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/19/060500565/analisis-banjir-juli-tanggap-darurat-di-garut-dan-fenomena-atmosfer-

Terkini Lainnya

Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke