Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Ikan Arapaima Ditemukan Usai Banjir di Garut, Ikan Apa Itu?

Kompas.com - 18/07/2022, 11:01 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Lebih lanjut, ia memaparkan kelebihan ikan Arapaima yang dapat mengancam keberadaan ikan asli Indonesia.

Pertama, Arapaima memiliki ukuran besar hingga mencapai 4 meter. Sifatnya karnivora, sehingga ikan ini akan menjadi predator yang memangsa ikan-ikan asli Indonesia.

Kedua, Arapaima tidak memiliki predator alami di perairan Indonesia. Pasalnya, predator alami ikan ini berada di habitat aslinya, yakni di Sungai Amazon.

Ketiga, ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan. Sehingga saat air kekurangan oksigen, ikan Arapaima dapat menghirup udara luar dan mengekstraksi oksigen langsung dari udara.

Keempat, ikan Arapaima dapat menghasilkan banyak telur hingga puluhan ribu. Oleh karena itu, jika telur tersebut menetas di perairan Indonesia, maka dapat memusnahkan ikan-ikan asli.

"Hal ini menjadi landasan untuk memasukkan ikan ini termasuk yang dilarang memasukkan dan mengedarkannya di Indonesia," ujar Mukhlis.

Baca juga: Viral, Video Bus Terobos Marka Jalan dan Serempet Avanza di Madiun, Sopir Bus Jadi Tersangka tapi Tidak Ditahan

Sebagaimana penjelasan Mukhlis, merujuk pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19/Permen-KP/2020, pemerintah telah melarang pemasukan, pembudidayaan, peredaran, dan pengeluaran jenis ikan yang membahayakan atau merugikan dari wilayah pengelolaan perikanan Indonesia.

Dalam Lampiran Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut, tercantum ikan Arapaima dalam daftar jenis ikan yang membahayakan dan/atau merugikan.

Meski ikan ini berbahaya dan merugikan ikan asli Indonesia, tetapi Mukhlis menuturkan, belum ada laporan penyerangan Arapaima kepada manusia.

Namun, jika teritori ikan Arapaima terganggu, kemungkinan besar akan menyerang sebagai bentuk pertahanan diri.

"Dia tidak agresif tapi kalau teritorinya terganggu kemungkinan besar akan menyerang, sebagai defend mechanism," pungkas Mukhlis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com