Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Sistem Pembayaran COD Sering Bermasalah?

Kompas.com - 23/06/2022, 16:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belanja online dengan sistem pembayaran Cash On Delivery (COD) berulang kali menimbulkan permasalahan.

Permasalahan ini terutama banyak menimpa kurir atau petugas ekspedisi yang mengantar barang sekaligus menagih biaya pembelian kepada konsumen.

Tak hanya diprotes karena barang yang diantar tak sesuai dengan katalog online yang dilihat di e-commerce, kurir juga kerap tidak menerima uang pembayaran yang seharusnya diserahkan oleh konsumen saat barang datang.

Bahkan, beberapa waktu yang lalu, seorang kurir dari salah satu perusahaan ekspedisi mendapatkan pemukulan dari rekan konsumen saat mengantarkan barang COD.

Baca juga: Kurir Shopee Dipukuli Saat COD, Polisi: Pelaku Tersinggung Ucapan Korban

Atas banyaknya kejadian seperti ini, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyarankan agar sistem pembayaran COD dihapuskan saja.

"Tingkat literasi masyarakat terhadap proses bisnis dan product knowledge masih rendah. Plus di sisi lain, sering terjadi barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang diterima konsumen. Hapuskan saja (sistem COD)," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, dikutip dari Kompas.com, Selasa (21/6/2022).

Masalah mendasar COD

Terlepas dari hal itu, Pengurus Harian YLKI, Agus Suyanto, menjelaskan sesungguhnya selama ini masih terdapat beragam permasalahan mendasar yang menyebabkan sistem COD tidak berjalan lancar.

Pertama, adalah kurangnya literasi di pihak konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen kerap tidak menaati aturan COD dan tidak tepat dalam bertindak ketika mereka mengalami kekecewaan terhadap produk yang dikirim.

"Sistim COD sebetulnya memudahkan konsumen. Jadi letak kesalahan bukan pada sistem COD, tetapi pada tingkat literasi konsumen terhadap product knowledge dan business process yg menyebabkan ketimpangan sistem," kata Agus saat dihubungi Kompas.com, Rabu (22/6/2022).

Artinya, tidak jarang ketika barang yang diterima konsumen tidak sesuai dengan yang ia pesan, kurir justru menjadi pihak yang disalahkan, padahal protes seharusnya disampaikan langsung kepada penjual.

Baca juga: Simak, Ini Arti Pengiriman Paket DFOD dan Bedanya dengan COD

Masalah kedua, terletak pada masih banyaknya penjual yang tidak bertanggung jawab untuk menjual dan mengirim produk yang sesuai dengan yang ditampilkan di katalog dan dipilih oleh konsumen.

"Di sisi lain, etiket baik penjual juga perlu soroti sehingga tidak muncul pengiriman barang yang tidak sesuai di marketplace," jelas Agus.

Bukan hal baru, konsumen kerap mengajukan komplain karena barang yang dikirimkan penjual tidak sesuai dengan gambar yang ada di katalog.

Atau barang yang dikirim tidak sesuai dengan yang dipesan, baik dari segi warna, ukuran, model, bahan, dan sebagainya.

Baca juga: Kurir Shopee Dipukuli Saat Kirim Barang, YLKI Sarankan Sistem COD Dihapus

Seperti disampaikan sebelumnya, sistem COD muncul sesungguhnya untuk memudahkan para konsumen dalam bertransaksi di platform digital tanpa harus menggunakan sistem pembayaran digital.

COD juga muncul sebagai jalan tengah menyiasati rasa ketidakpercayaan terhadap penjual.

Namun, dengan banyaknya kejadian tidak diinginkan di sistem COD, selaras dengan Tulus Abadi, Agus menyarankan agar pembayaran dilakukan sesuai dengan platform yang digunakan.

"Idealnya, sistem jual beli ini konsisten dengan sitem digital. Transaksinya digital, pembayarannya dilakukan secara digital," ujar Agus.

"Sistem COD menggabungkan keduanya (digital dan fisik). Sistem ini muncul untuk memfasilitasi sikap distrust pada pasar e-commerce yang masih banyak ditemukan penipuan," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com