Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Ma’ruf, Ph.D
Dosen Universitas Paramadina

Dosen Universitas Paramadina. Peneliti Pancasila dan Isu-Isu Kontemporer.
Direktur Real Thinkers Institute (RTI).

Politik Identitas Arab di Era Medsos

Kompas.com - 21/06/2022, 13:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut penulis, formasi pembentuk paling dominan (primer) identitas “kearaban” (manusia arab) adalah bahasa.

Faktor sekundernya adalah nasab, ikatan agama, nilai-nilai dan pola hidup, budaya dan lokasi geografis (Musa Kazhim, h. 70). Dengan demikian, Arab adalah bahasa pembentuk esensial manusia Arab.

Inilah kekuatan premis buku “Identitas Arab itu Ilusi”.

Identitas arab yang sesungguhnya adalah bahasa Arab. Bahasa Arab yang identik dengan Nabi sebagai sebagai penutur.

Karenanya atribut fushah, jelas, lugas, lengkap dengan maknanya yang berlapis-lapis yang menjadi standar utama identitas Arab sejati. Identitas itulah yang harus dikejar oleh siapapun (open identity). Di manapun Anda dilahirkan, dari suku mana pun asalnya.

Identitas kearaban di luar bahasa Arab adalah ilusi-bukan berarti tidak ada. Maksudnya ilusi jika menangkap makna Islam tidak sesuai dengan maksud Nabi. Karena Nabilah pemilik kekuatan kefasihan kata dan makna.

Keberadaan identitas tubuh kearaban memang masih ada di mana-mana, tetapi kualitas jiwanya mulai mengeropos belakangan (Musa Kazhim, 195).

Ketidakserasian kata dan makna apalagi berlawanan maksud Nabi, terjadi ketika mengidentikan kearaban dengan Islam.

Penulis, saya percaya tidak bermaksud anti-Arab dan nasab. Karena dirinya sendiri bernasab dan memiliki ciri kearaban aksidental. Menegasi artinya menegasi tubuh dan garis sejarah alawiyin sendiri. Itu tidak mungkin.

Garis kehabiban (kealawian) yang berasal dari Yaman secara geografis, bisa jatuh pada ilusi jika pemahaman dan perilakunya berlawanan dengan esensi kewahyuan (baca; bahasa Arab fushah).

Baik rasisme terhadap suku Arab dan pemujaan berlebihan (manipulasi) pada kehabiban menjadi sasaran kritik penulis.

Sekali lagi, inti buku ini mengajak pada, khususnya kalangan habaib, untuk kembali marwah kehabiban dulu. Menjiwai Islam secara mendalam, memiliki cita rasa intelektualisme tinggi, berkarya dan penuh kasih (toleran).

Menjadi manusia Indonesia sejati yang tidak berjarak dengan dirinya sendiri secara eksistensial.

Tidak berjarak dengan tanah air dan negaranya-Indonesia. Bergaul dan terintegrasi dengan rakyat Indonesia yang beragam.

Seperti di era sebelum abad 18. Era Wali Songo. Sebelum kolonial memecah menjadi ras Eropa dan Indo Belanda (ras atas), ras timur asing; Arab, Cina, India (ras tengah) dan ras pribumi (ras bawah-indlander). Melalui produk hukum Regerings Reglement (RR), tahun 1854.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com