Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Mendapatkan Tidur Berkualitas bagi Lansia

Kompas.com - 06/05/2022, 19:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menuju lanjut usia atau lansia, kebanyakan orang akan mengeluhkan kualitas dan kuantitas tidur yang semakin berkurang.

Padahal, tidur nyenyak bisa mencegah penurunan fungsi otak yang membantu mengurangi risiko pikun.

Dilansir dari Help Guide, tidur yang cukup juga bermanfaat memperbaiki kerusakan sel-sel tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh lansia menjadi lebih kuat dan tidak mudah sakit.

Sementara lansia yang kesulitan tidur nyanyak, cenderung mengalami depresi, sulit konsentrasi, mudah pikun, dan cepat mengantuk di siang hari.

Bahkan, kurang tidur di usia senja juga menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, masalah berat badan, dan kanker payudara pada wanita.

Baca juga: Berapa Lama Durasi Olahraga untuk Lansia?

Penyebab lansia susah tidur

Dikutip dari Sleep Foundationkualitas tidur yang menurun pada lansia berhubungan erat dengan Suprachiasmatic Nucleus (SCN), yakni bagian di dalam hipotalamus (kelenjar di otak) yang mengatur jam tubuh.

SCN mengatur sistem sirkadian selama 24 jam penuh.

Sistem sirkadian adalah proses alami yang mengatur siklus tidur-bangun tubuh, kapan tubuh lapar, dan kapan tubuh mengeluarkan hormon tertentu.

Baca juga: Apa Saja Syarat Lansia yang Bisa Mendapatkan Vaksin Covid-19?

Semakin menua tubuh, maka SCN juga ikut menua. Kemunduran kinerja SCN bisa sangat mengganggu pengaturan jam tidur lansia.

Selain itu, adanya penurunan produksi hormon kortisol dan melatonin juga menjadi salah satu faktor susah tidur pada lansia.

Hormon melatonin bertugas merespons gelap atau kurang cahaya sebagai faktor yang bisa memicu kantuk.

Baca juga: Kasus Kematian akibat Covid-19 di Indonesia Masih Tinggi, Lansia Mendominasi

Para lansia terlantar tengah berisitirahat usai pengecekan biometric di UPTD Rumah Singgah Dinsos Kota Bandung, Rabu (6/4/2022). Dinsos Kota Bandung bekerjasama dengan Disdukcapil melakukan pengecekan biometric dengan memindai sidik jari dan retina lansia, anak hingga ODGJ terlantar yang ada di rumah singgah, dengan harapan dapat mengidentifikasi asal PMKS tersebut.KOMPAS.com/AGIE PERMADI Para lansia terlantar tengah berisitirahat usai pengecekan biometric di UPTD Rumah Singgah Dinsos Kota Bandung, Rabu (6/4/2022). Dinsos Kota Bandung bekerjasama dengan Disdukcapil melakukan pengecekan biometric dengan memindai sidik jari dan retina lansia, anak hingga ODGJ terlantar yang ada di rumah singgah, dengan harapan dapat mengidentifikasi asal PMKS tersebut.

Saat produksi melatonin melemah, maka respons terhadap cahaya pun semakin berkurang.

Adapun menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), durasi tidur lansia 61-65 tahun adalah 7-9 jam per hari.

Setelah melewati usia tersebut, maka durasi tidur berubah menjadi 7-8 per hari.

Meski demikian, jika suasana hati dan kondisi fisik lansia di pagi hari cenderung mudah marah ataupun tersinggung, bisa jadi itu merupakan tanda kekurangan tidur.

Baca juga: Bahaya Tidur Langsung Setelah Sahur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com