Seolah dengan mimpi, uang bisa datang dengan sendirinya. Tanpa kerja, tanpa usaha dan melalui proses jatuh bangun seperti Joko Suranto dari Grobogan.
Para pemimpi yang tertipu afiliator dan influencer tengik mengabaikan kalau etos kerja keras dan kerja gigih untuk bisa menjadi orang yang sukses.
Bantuan-bantuan yang dikemas untuk membantu orang atau keroyalan terhadap selebritas memang menyilaukan pandangan korban.
Semata memang ditujukan untuk menipu dan menangguk dana akibat mimpi-mimpi yang melambung dari orang-orang yang terbuai khayalan menjadi kaya tanpa kerja.
Fenomena pansos dalam masyarakat kita tidak terlepas dari keriuhrendahan elite-elite kita yang “genit” dalam membantu atau menolong tetapi memiliki spirit “ada udang di balik rempeyek”. Tidak ada yang gretongan dalam berderma.
Membantu masyarakat yang tengah kesulitan transportasi ke kampung halaman jelang perayaan Idul Fitri “ditangkap” dengan jeli oleh politisi yang ingin mencari panggung pansos.
Ancang-ancang untuk nominasi calon pemimpin negeri di 2024 harus dimulai dari sekarang, tidak peduli anggaran yang digunakan adalah domain uang negara.
Uniknya, warga yang mendapat bantuan angkutan mudik gratis seperti telah mendapat pembekalan terlebih dahulu.
Ada keriuhan teriakan “calon presiden” di balik prosesi pemberangkatan yang diliput banyak televisi dan ditulis puluhan wartawan media online serta digegapgempitakan siaran radio.
Tidak ada kata malu apalagi canggung untuk memerankan diri sebagai sinterklas dadakan. Semua gerakan kebaikannya tidak original. Terkesan murahan alias melucukan dirinya sendiri.
Yang lebih keterlaluan dan memuakkan, tentu saja ada pembagian kaos calon presiden yang memang sengaja disusupkan di acara pemberangkatan para pemudik.
Warga yang ikut program mudik gratis tentu sumringah saja. Sudah diongkosi gratis, dapat amplop malah ada yang dapat sembako dan diberi kaos pula.
Kesalehan dalam hidup memang kerap terlupakan. Demi ambisi menjadi presiden kerap melupakan keluhuran budi pekerti.
Sekali lagi, Joko Suranto dan Chee Hoi Lan telah memberikan pelajaran kehidupan. Membantu tanpa prasyarat seperti angin yang telah melupakan benih yang telah diterbangkan.
Hingga akhirnya, benih tersebut tumbuh dan memberi manfaat bagi orang-orang yang membutuhkannya.
"Sesungguhnya kebaikan itu memiliki cahaya dalam hati, energi pada tubuh, keluasan rezeki, dan cinta di hati para makhluk. Sedangkan keburukan itu membawa kegelapan dalam hati, hitam pada wajah, kelemahan pada tubuh, sempit rezeki, dan kebencian di hati makhluk." - Ibnu Taimiyah
Semoga Ramadhan yang telah berlalu memberikan kita semangat untuk terus membantu dengan segenap yang kita miliki.
Membantu tidak harus menunggu kita kaya terlebih dahulu. Sekali lagi, Joko Suranto dan Chee Hoi Lan mengingatkan kepada kita semua keiklasan dalam membantu adalah “kemenangan” dari pribadi-pribadi yang mengesampingkan panjat sosial atau pansos.
Justru kepedulian sosial harus bersemayam di setiap jiwa-jiwa yang merdeka. Selamat menyambut kemenangan di Hari Raya Idul Fitri.....
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.