“Banyak di antaranya yang terlambat berhenti dan kepala menabrak tembok atau pagar besi dinding kandang yang mengakibatkan trauma kepala berat, kadang sampai tulang tengkorak pecah, sehingga menyebabkan kematian massal,” papar Slamet.
Slamet menambahkan, kasus kematian massal seperti yang terjadi di Ukraina tidak dapat disebut bunuh diri. Sebab, lebih bersifat accidental death atau meninggal akibat kecelakaan.
“Stres akibat kondisi lingkungan yang membuat mereka mengalami kematian. Bukan karena mereka ingin bunuh diri,” lanjutnya.
Baca juga: Bisakah Hewan Peliharaan Tertular Omicron dan Menularkannya Kembali ke Manusia?
Bukan hanya manusia, hewan pun bisa mengalami stres yang mengakibatkan gangguan psikologis atau mental, begitu menurut dokter hewan di Pusat Penyelamatan Satwa Bali (BWRC) Dyah Ayu Risdasari Tiyar Noviarini.
Ia melanjutkan, faktor-faktor yang menyebabkan gangguan psikologis pada hewan pun beragam, mulai dari rasa takut, tertekan, juga trauma.
Biasanya, satwa yang stres bisa terlihat dari perubahan perilaku mereka yang abnormal.
Bahkan yang paling parah menurut dokter yang akrab disapa Rini ini, ada yang sampai menyakiti diri sendiri.
“Kalau sangat terganggu mentalnya bisa saja berujung ke bunuh diri,” katanya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (28/3/2022) malam.
Oleh karena itu, pesan Rini, jika satwa mulai menunjukkan gejala perilaku yang abnormal atau perilaku stereotip (perilaku berulang-ulang tanpa tujuan), perlu segera diperbaiki tingkat kesejahteraannya.
Adapun lima prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare) yang harus diberikan kepada hewan, yakni:
“Jadi kelima prinsip itu yang kudu diterapkan untuk mencegah mereka stres,” ujar Rini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.