Lebih dari 40 tahun kemudian, Christiaan Huygens mengusulkan bahwa itu adalah cincin.
Baca juga: Mengenal Canopus, Bintang Paling Terang Kedua di Langit Malam
Uranus memiliki awan yang terbuat dari hidrogen sulfida, bahan kimia yang sama pembuat telur busuk berbau sangat busuk. Planet itu berputar dari timur ke barat seperti Venus.
Namun, tidak seperti Venus atau planet lain, ekuatornya hampir tegak lurus terhadap orbitnya (pada dasarnya mengorbit pada sisinya).
Para astronom percaya sebuah objek dua kali ukuran Bumi bertabrakan dengan Uranus kira-kira 4 miliar tahun yang lalu, menyebabkan Uranus miring.
Kemiringan itu menyebabkan musim ekstrem yang berlangsung lebih dari 20 tahun dan matahari terbenam di satu kutub atau kutub lainnya selama 84 tahun Bumi sekaligus.
Neptunus seukuran Uranus dan dikenal dengan angin kencang supersonik. Neptunus jauh dan dingin.
Planet ini lebih dari 30 kali jaraknya dari matahari ke Bumi. Neptunus sekitar 17 kali lebih besar dari Bumi dan memiliki inti berbatu.
Neptunus adalah planet pertama yang diprediksi ada dengan menggunakan matematika, sebelum terdeteksi secara visual.
Ketidakteraturan dalam orbit Uranus membuat astronom Prancis Alexis Bouvard menyarankan beberapa planet lain mungkin mengerahkan tarikan gravitasi.
Astronom Jerman Johann Galle menggunakan perhitungan untuk membantu menemukan Neptunus dalam teleskop.
Baca juga: Apakah Warna Langit Senja di Planet Lain?
Pada 2016, para peneliti mengusulkan kemungkinan keberadaan planet kesembilan. Saat ini dijuluki "Planet Sembilan" atau Planet X.
Planet ini diperkirakan sekitar 10 kali massa Bumi dan mengorbit matahari antara 300 dan 1.000 kali lebih jauh dari orbit Bumi.
Para ilmuwan belum benar-benar melihat Planet Sembilan. Mereka menyimpulkan keberadaannya dengan efek gravitasinya pada objek lain di Sabuk Kuiper.
Ilmuwan Mike Brown dan Konstantin Batygin di California Institute of Technology di Pasadena menjelaskan bukti Planet Sembilan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Astronomical Journal.
Penelitian ini didasarkan pada model matematika dan simulasi komputer menggunakan pengamatan enam Objek Sabuk Kuiper yang lebih kecil lainnya dengan orbit yang sejajar dalam materi serupa.
Sebuah hipotesis diajukan pada September 2019 di server pra-cetak arXiv menunjukkan bahwa Planet Sembilan mungkin bukan planet sama sekali.
Sebaliknya, Jaku Scholtz dari Durham University dan James Unwin dari University of Illinois di Chicago berspekulasi bahwa itu bisa menjadi lubang hitam purba yang terbentuk tidak lama setelah Big Bang dan kemudian ditangkap oleh tata surya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.