Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menghitung Berat Badan Ideal agar Dapat Terhindar dari Obesitas

Kompas.com - 06/03/2022, 12:50 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memiliki berat badan ideal tidak semata hanya demi penampilan, tetapi juga dengan alasan kesehatan yakni menghindari obesitas.

Mengetahui berat badan ideal dapat dilakukan dengan cara indeks massa tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang yang didapatkan dari perbandingan berat dan tinggi badan.

Cara menghitung IMT dapat dilakukan dengan cara sederhana dan tanpa bantuan alat khusus.

Baca juga: Pilih Kardio atau Angkat Beban untuk Turunkan Berat Badan?

Lalu, bagaimanakah cara menghitung indeks massa tubuh (IMT)?

Menghitung indeks massa tubuh ideal

Dokter spesialis gizi klinik dari Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospital Jakarta Selatan Inge Permadhi memaparkan cara untuk menghitung indeks massa tubuh.

Cara menghitungnya adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan ukuran meter kemudian dikuadratkan.

"Misal berat badannya 85 tingginya 160 jadi 85 dibagi 1,6 dibagi sekali lagi 1,6," kata Inge saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/3/2022).

Menurut Inge, berat badan normal (ideal), nilai dari pembagian berat badan dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat itu sama dengan 18,5 sampai 22,9.

Baca juga: Hari Obesitas Sedunia, Ketahui Makanan yang Meningkatkan Potensi Obesitas

Berikut adalah daftar indeks masa tubuh:

  • Kurang dari 18,5: berat badan kurang
  • 18,5 sampai 22,9: berat badan normal
  • 23 sampai 24,9 disebut dengan over weight
  • 25 sampai 29,9 disebut dengan OB (obesitas) 1
  • 30 sampai 39,9 disebut dengan OB2
  • Lebih dari 40 disebut dengan obesity morbid atau obesitas eksterim.

Baca juga: Mengapa Berat Badan Mudah Turun dan Mudah Naik Kembali dengan Cepat?

Manfaat indeks massa tubuh

Ilustrasi obesitas pada anak, ciri-ciri obesitas pada anak, gejala obesitas pada anak. Shutterstock/Africa Studio Ilustrasi obesitas pada anak, ciri-ciri obesitas pada anak, gejala obesitas pada anak.

Mengukur indeks massa tubuh dapat menjadi sebuah peringatan bagi seseorang. Sehingga orang tersebut perlu berhati-hati agar tidak sampai obesitas.

Dengan indeks massa tubuh, berarti sesorang tersebut dapat mengetahui badannya masuk ke level katergori obesitas tingkat berapa, normal, atau over weight atau bahkan obesitas.

"Kan kalau misalnya tadi sudah lewat dari 22,9/23 gitu ya kan dia sudah dikatakan sebagai over wieght. Jadi dia perlu berhati-hati dong jangan sampai obesse," ucap Inge.

Dengan seseorang mengetahui dirinya obesitas, maka harus berhati-hati dengan pola makan dan melakukan olahraga agar dapat menurunkan berat badan.

"Itu akan membantu dia untuk aware, oh saya ini misal sudah over weight tapi saya ingin segera mempunyai berat badan yang normal ya jangan lupa diet juga, jangan sampai kebablasan terus menjadi obesitas," jelasnya.

 Baca juga: Mengenal Obesitas, Bahaya dan Cara Mengatasinya

Cara menghindari obesitas

Inge menjelaskan, hal yang pertama harus dilihat terlebih dahulu apakah pola makannya berlebihan atau tidak.

Jika makan berlebihan tidak diimbangi dengan olahraga, berakibat energi yang berlebihan dari makanan tersebut dapat tertumpuk di dalam tubuh menjadi lemak.

"Nah ketika menjadi lemak, makin lama makin banyak lemaknya lama-lama menjadi gemuk," ungkapnya.

"Makannya harus diet dong," lanjutnya.

Kedua, harus melakukan aktivitas fisik olahraga. Karena olahraga dapat membakar lemak yang sudah berada di dalam badan.

Selanjutnya, agar tidak terjadi obesitas, masyarakat diharapkan menghindari makanan yang berlemak dan tinggi gula.

Baca juga: 4 Fakta Menarik Gula, Bahan Pangan Kuno yang Bisa Menyelamatkan Nyawa

Dampak obesitas

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia mengalami obesitas. Jumlah ini terbagi atas 650 juta orang dewasa, 340 juta remaja, dan 39 juta anak-anak dan diprediksi akan terus bertambah. WHO memperkirakan pada tahun 2025, sekitar 167 juta orang ?mulai dari dewasa dan anak-anak? akan mengalami obesitas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia mengalami obesitas. Jumlah ini terbagi atas 650 juta orang dewasa, 340 juta remaja, dan 39 juta anak-anak dan diprediksi akan terus bertambah. WHO memperkirakan pada tahun 2025, sekitar 167 juta orang ?mulai dari dewasa dan anak-anak? akan mengalami obesitas.

Obesitas dapat memicu berbagai macam penyakit tidak menular atau disingkat dengan PTM.

Berikut adalah contoh risiko penyakit yang dekat dengan orang gemuk menurut dokter Inge:

  • Diabetes melitus
  • Stroke
  • Kelainan di darah atau yang dikenal dengan dislipidemia
  • Hipertensi
  • Serangan jantung
  • Penyakit batu empedu
  • Menyebabkan infertilitas
  • Menyebabkan kanker
  • Menyebabkan nyeri pada sendi, terutama sendi kaki dan pinggang

Baca juga: Mengapa Covid-19 Lebih Mematikan pada Orang dengan Obesitas?

Saran dokter

Inge menyarankan, jika menderita obesitas, seseroang dapat datang kepada ahlinya untuk meminta nasihat diet dan olahraga yang baik, sehingga bisa menurunkan berat badan.

Masyarakat jangan sampai obesitas, karena hampir semua penyakit termasuk dalam obesitas.

"Karena obesitas itu disebut sebagai ibunya dari berbagai macam penyakit," pungkasnya.

Baca juga: Cara Menghitung Berat Badan Ideal hingga Obesitas

P2PTM Kemenkes RI Penyebab Obesitas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com