Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sindrom Steven-Johnson: Pengertian, Gejala, hingga Penyebab

Kompas.com - 28/02/2022, 20:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Topik seputar penyakit SJS atau Stevens-Johnson Syndrome tengah banyak dibahas di media sosial pada Senin (28/2/2022).

Beberapa warganet mengaku, pernah mengalami kondisi ini dan berjuang untuk sembuh dari penyakit.

"Aku alergi obat jg dan baru tau ada syndrome sjs gini dan termasuk autoimmune , strong and healthy ka," ujar salah satu warganet.

"Aq juga kyak gini alergi obat paracetamol kata dokter steven johnson syndrome gitu , waktu usia 17thn kulit kayak terbakar gatel panas ngefek ke penglihatan juga .. bekas dikulit baru ilang setelah 2thn an .. penglihatan ku sekarang minus tebel," tulis warganet lainnya.

Lalu, apa itu penyakit SJS? Apa gejala dan bagaimana pengobatannya?

Baca juga: 9 Penyakit Keturunan yang Perlu Diwaspadai, dari Diabetes, Hipertensi hingga Jantung

Apa itu SJS?

Dokter spesialis kulit RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, dr. Ismiralda Oke Putranti Sp.KK. mengatakan bahwa SJS merupakan salah satu penyakit kegawatan di bidang dermatologi.

Oke menjelaskan, SJS sering kali berkaitan dengan reaksi alergi obat, tetapi juga dapat dipicu infeksi, terutama virus, bakteri, jamur, dan keganasan.

"Reaksi ini disebut dapat mengancam jiwa karena selain menyerang kulit dan selaput lendir, dapat disertai dengan gangguan organ dalam seperti ginjal dan liver," ujar Oke, saat dihubungi Kompas.com, Senin (28/2/2022).

Ia menambahkan, reaksi SJS di kulit ditandai dengan kelainan pada mata, kelainan kulit dan kelainan pada minimal keterlibatan 2 selaput lendir (hidung, mulut, genital atau anus).

Baca juga: Mengenal Apa Itu Penyakit OCD, Gejala, dan Penyebabnya...

Risiko kematian

Selain itu, SJS dengan adanya pengelupasan kulit (epidermolisis) lebih dari 10 persen bisa berlanjut menjadi Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) yang risiko kematiannya lebih besar.

"Pada reaksi alergi obat harus betul-betul dipastikan jenis obatnya dan harus segera dihentikan dan tidak boleh lagi dikonsumsi. Juga hati-hati pada penggunaan obat yang segolongan karena bisa menimbulkan reaksi silang," lanjut dia.

Oke mengungkapkan, alergi obat bersifat menetap dan cenderung progresif.

Artinya, jika terjadi reaksi alergi berulang, gejala klinis yang timbul akan lebih berat dari reaksi sebelumnya dan risiko kematian juga ikut meningkat.

Baca juga: Penyakit Kusta: Penyebab, Cara Penularan, dan Pengobatannya

Perawatan di RS

Mengingat kondisi orang yang mengalami SJS, Oke mengatakan, pasien dengan reaksi alergi obat harus segera dibawa ke RS.

Hal ini supaya pasien bisa mendapatkan penanganan segera untuk mencegah kerusakan organ dan perluasan lesi kulitnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com