Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Turun, Apakah Indonesia Sudah Lewati Puncak Gelombang Ketiga?

Kompas.com - 28/02/2022, 19:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tren kasus infeksi Covid-19 harian di Indonesia mengalami penurunan dalam lima hari terakhir.

Tercatat jumlah kasus infeksi harian sejak tanggal 24-27 Februari 2022 terus menunnjukkan penurunan, yakni:

  • 23 Februari 2022: 61.448 kasus
  • 24 Februari 2022: 57.426 kasus
  • 25 Februari 2022: 49.447 kasus
  • 26 Februari 2022: 46.643 kasus
  • 27 Februari 2022: 34.976 kasus

Kementerian Kesehatan juga melaporkan tingkat positivitas di sejumlah provinsi mengalami penurunan, seperti di Banten, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan lainnya.

Apakah Indonesia sudah melewati gelombang ketiga?

Berikut tanggapan dari ahli:

Baca juga: Pemerintah Siapkan Transisi Pandemi Covid-19 Ke Endemi, Apa Artinya?

Masa puncak gelombang

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman tidak menampik bahwa puncak gelombang ini memang sudah terlalui.

Hal ini sebagaimana diprediksi sebelumnya bahwa puncak persebaran Omicron akan terjadi di akhir Februari atau awal Maret 2022.

Hanya saja, ia meminta agar tidak dapat bersenang diri terlebih dahulu. 

"Meskipun masa puncak ini akhir Februari, tetapi yang namanya masa puncak itu bukan berarti lepas dari masa situasi krisis," kata Dicky, Senin (28/2/2022).

Praktisi Global Health Security ini menjelaskan, masa puncak merupakan titik jenuh, di mana jumlah orang yang terinfeksi paling banyak sudah tercapai.

"Dia mulai melandai, tapi pada kelompok yang rawan dan berisiko tinggi di seluruh Indonesia ini mulai terus terdampak, karena ini titik jenuh sudah terekspos kelompok berisiko tinggi itu, sehingga potensi kematian, hunian rumah sakit meningkat setelah puncak," ungkap Dicky.

Hal itu terjadi pada fenomena infeksi varian Omicron ini. Pasalnya, sifat Omicron terutama dalam kemampuan penyebarannya melebihi varian sebelumnya, seperti Alpha dan Beta.

Bahkan, ia mengatakan, potensi kematian dan kasus dengan kebutuhan perawatan rumah sakit tidak hanya akan terjadi pada kalangan lansia, tetapi juga anak-anak.

"Artinya, ya harus dikejar cakupan perlindungannya, dengan vaksinasi, proteksi, dan kunjungan rumah (upaya aktif menemukan kasus)," pungkas Dicky.

Baca juga: Negara Lain Deklarasi Pandemi Berakhir, Epidemiolog: Indonesia Jangan Ikut-ikutan

Prediksi akhir pandemi

Lebih jauh, Dicky menyebut, akhir pandemi Covid-19 sesungguhnya sudah mulai terlihat dan dapat saja terjadi pada akhir 2022 atau tahun depan. 

"Sudah kelihatan ya, misalnya akhir tahun ini atau tahun depan, tapi banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Sehingga tidak bisa kita berandai-andai," ujar dia.

Perlu diketahui, penetapan status pandemi dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Begitu juga dengan pencabutan status itu.

Status pandemi baru akan dicabut ketika situasi global. Bukan situasi per negara yang sudah menunjukkan kondisi terkendali.

"Kita perlu berkontribusi pada percepatan akhir pandemi itu dengan cara mempercepat vaksinasi di atas 70 persen yang 2 dosis, 3 dosis juga harus dikejar di atas 50 persen," papar Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com