Potongan-potongan rekaman video perang yang dibuat warga sipil dan menyebar secara masif di berbagai lini masa adalah keberanian dari rakyat Ukraina untuk melawan dengan cara kekinian.
Kenekatan warga sipil Ukraina menghadang laju tank Rusia mirip dengan keberanian mahasiswa China saat menghalangi jalannya kendaraan tank di Lapangan Tianamen saat pembangkangan mahasiwa terhadap rezim komunis China meletus di 4 Juni 1989 silam.
Inisiatif perdamaian haruslah diusahakan oleh semua pihak untuk mengakhiri konflik bersenjata antara Rusia dengan Ukraina.
Keberanian warga St Petersburg, Rusia yang memprotes kebijakan perang yang dikobarkan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan aksi injuk rasa di jalanan adalah memperlihatkan perang ternyata juga tidak dikehendaki rakyat Rusia sendiri.
Melawan perang dengan cara perjuangan spiritual yang dilakukan Paus Fransiskus dengan “mendobrak” protokoler diplomatik dengan menyambangi Kedutaan Rusia di Vatikan, Jumat (25/2/2022), adalah salah satu jalan “suci” yang layak mendapat apresiasi (Kompas.com, 26/02/2022).
Seruan Paus untuk perlindungan kemanusian bagi anak-anak, orang sakit dan yang menderita adalah cara bathin untuk melawan agresor Rusia.
Saat menyaksikan pertandingan sepakbola antara Aston Villa versus Brighton & Hove Albion di Liga Primer Inggris melalui penayangan di layar kaca (Sabtu, 26/2/2022), saya begitu terkesima dengan aksi pemain Aston Villa yang bernama Cash yang melakukan selebrasi membuka jersey yang dikenakan dan menunjukkan aksi solidaritasnya terhadap warga Ukraina di kaos dalamnya.
Pemain Manchester City, kesebelasan favorit saya juga mempertontonkan aksi serupa dengan memamerkan bendera Ukraina di jersey-nya.
Demikian pula halnya dengan klub Everton besutan Frank Lampard juga memperlihatkan aksi solidaritasnya untuk derita rakyat Ukraina.
Status kepemilikan Roman Abramovich terhadap klub sepakbola jawara Liga Champion musim 2020/2021, Chelsea juga ditangguhkan oleh operator Liga Inggris.
Roman yang warga negara Rusia dan bersahabat dengan Presiden Putin, dinilai mendukung aksi kekerasan terhadap Ukraina.
Kompetisi olahraga yang sejatinya mengedepankan sportivitas dan imun terhadap politik, kini dijadikan wahana protes terhadap aksi perang Rusia terhadap Ukraina.
Saya jadi teringat dengan nukilan kalimat Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan besar yang pernah kita miliki; “Pada akhirnya perbuatan manusia menentukan, yang mengawali dan yang mengakhiri."
Untuk menyelesaikan konflik yang saling memusnakan satu sama lain, tidak ada cara lain Presiden Putin dan Presiden Zelensky harus duduk bareng sembari “ngopi” di tempat yang netral.
Saya hanya mengandaikan, ke dua tokoh ini bicara dari hati ke hari sembari memandang Gunung Batur di Kintamani, Bali dengan Indonesia menjadi penengahnya.
Sikap kita tidak cukup hanya meminta para pihak untuk menahan diri untuk tidak saling berperang.
Kita harus menawarkan diri – entah diterima atau tidak oleh para pihak yang berseteru – kita ingin mendamaikan Rusia dan Ukraina dengan segala kemampuan yang ada.
Mewujudkan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial adalah amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 alinea ke-4.
Menghentikan perang dengan memilih jalan damai adalah bentuk penghormatan terhadap nila-nilai kemanusian yang paling hakiki.
Jika kita tidak mengakhiri perang, maka peranglah yang akan mengakhiri kita.
Setiap peperangan akan tercatat dalam sejarah. Dan mungkin perjuangan menjaga perdamaian ini akan dilupakan sejarah, tetapi itu jauh lebih baik dari sebuah peperangan yang diingat sejarah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.